"Program pengentasan kemiskinan dipertuntukan bagi rumah tangga miskin basis data terpadu".
Merdeka.com, Banyuwangi - Kanggo Riko, seperti sebuah judul lagu Bahasa Using, kali ini menjadi program pengentasan kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi. Program Kanggo riko yang berarti 'untuk kamu', memberikan bantuan modal usaha dalam bentuk barang dengan total nilai sebesar Rp 2,9 miliar untuk 1.160 Rumah Tangga Miskin (RTM) di 29 Desa. Sementara total desa di Banyuwangi mencapai 189 desa.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyampaikan, program Kanggo Riko diberikan agar angka kemiskinan di Banyuwangi bisa ditekan. Program tersebut diberikan untuk mendorong kemandirian ekonomi melalui bantuan permodalan dalam bentuk barang.
"Program pengentasan kemiskinan dipertuntukan bagi rumah tangga miskin basis data terpadu. Bantuan berupa barang sesuai keinginan mereka sendiri yang digunakan untuk menambah usaha ekonomi mereka untuk meningkatkan pendapatan," ujar Anas melalui video call saat launching program Kanggo Riko di Desa Jajag, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi, Rabu (15/8).
Anas berharap, semua desa secara bertahap bisa siap mengawal program Kanggo Riko. Saat ini terdapat 29 desa yang siap mengawal program Kanggo Riko dari total 189 desa di Banyuwangi.
"Inovasi ini bagian implementasi imbauan Pak Jokowi. ADD yang diberikan lewat APBdes untuk program ini diberikan kepada warga yang pendapatannya rendah," jelasnya.
Anas meminta capaian program Kanggo Riko rutin dievaluasi agar bisa tepat sasaran dan masyarakat penerima bantuan bisa lebih produktif.
"Saya minta ini rutin di evaluasi, kemajuannya seperti apa. Jangan hanya orang yang sama saja yang mendapat bantuan," kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Banyuwangi, Zen Kastolani mengatakan bantuan diberikan 40 masyarakat kurang mampu di setiap desanya. Bantuan dalam bentuk barang diberikan agar lebih tepat sesuai kebutuhan.
Zen mencontohkan, tukang tambal ban diberikan kompresor agar bisa lebih cepat, penjual makanan diberi bantuan etalase biar tidak kena debu. Pedagang cilok dengan kebutuhan kompor hinga mesin cuci untuk pekerja laundry.
"Jadi yang diberikan sesuai barang yang dibutuhkan. Semua telah disurvei oleh desanya agar tepat sasaran," kata Zen.
Agar tidak terjadi kasus bantuan barang dijual, tim pemberdayaan desa akan mengawal usaha penerima bantuan.
Zen berharap, seluruh desa di Banyuwangi bisa termotifasi dengan sistem pengentasan kemiskinan. Pihaknya tidak bisa mengintervensi karena setiap desa memiliki otonomi sendiri untuk pengelolaan ADD. Selain jumlah ADD di setiap desa yang bervariatif.
"Dari 189 sementara masih ada 29 desa. Semua desa sudah otonom dan kami berharap semua desa bisa termotivasi untuk pengentasan kemiskinan. Tidak harus 40 penerima setiap desa, bisa dimusyawarahkan lewat desa masing-masing," jelasnya.
Muhammad Amirudin, tukang tambal ban di Jl. Wahi Hasyim Jajag merasa senang bisa mendapat bantuan kompresor dan alat kanisir.
"Saya sudah nambal ban sejak tahun 1975, sekarang kanisir ada yang tubles jadi butuh kompresor," kata Amir.
Dalam sehari, Amir biasa mendapatkan penghasilan mulai dari hanya Rp 20-40 ribu. Dia berharap, pendapatannya bisa meningkat setelah mendapat pendampingan dan bantuan.