"Kita lihat tahun ini mereka menampilkan yang berbeda dari tahun lalu. Hal itu memperlihatkan bahwa kreativitas mereka terus berkembang".
Merdeka.com, Banyuwangi - Hari Ulang Tahun (HUT) Gerakan Praja Muda Karana (Pramuka) ke 57 di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dimeriahkan dengan acara pawai lampion malam hari. Sebanyak 880 penggalang SD dan 1.200 orang penggalang SMP membawa tongkat dengan lampion berbagai bentuk dan gambar di bagian atasnya.
Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko mengatakan, festival yang menampilkan pawai lampion itu digelar untuk mendukung perkembangan kreativitas Pramuka di Bumi Blambangan. Dia mengatakan, acara itu menuntut anak-anak memberikan tampilan yang menarik dan menghibur masyarakat di sepanjang jalan utama Kota Banyuwangi meski tetap menerapkan Dasa Dharma ke 7, yakni hemat, cermat dan bersahaja.
"Kita lihat tahun ini mereka menampilkan yang berbeda dari tahun lalu. Hal itu memperlihatkan bahwa kreativitas mereka terus berkembang," kata Yusuf, Selasa (14/8).
Tidak hanya lampion, ragam kesenian lokal juga ditampilkan seperti Tari Seblang, Gandrung, Barong Osing oleh SMPN 5 Banyuwang, serta drumband yang dibawakan Mts Darunnajah Kertosari dan SMPN 1 Banyuwangi. Ada juga yang menampilkan maskot Asian Games Jakarta - Palembang 2018, dan kitab suci Alquran oleh SMP Al-Irsyad Banyuwangi.
Sebagian lain memamerkan instalasi yang dibuat dari tongkat Pramuka dan puluhan simpul yang mereka pelajari di gerakan yang didirikan Robert Baden Powell dengan sebuah perkemahan kecil di tahun 1907 itu. Misalnya instalasi helikopter yang ditampilkan SMP PGRI Banyuwangi, yang memperlihatkan kekuatan ikatannya dengan cara dibawa sambil digoncang dan berputar sebagaimana umat Hindu Bali menampilkan ogoh-ogoh sebelum hari raya Nyepi.
Instalasi lain berupa tandu, tenda perkemahan, tower, bahkan berbentuk pesawat yang dibuat penggalang Pramuka SMP Kristen Santo Yusup, atau instalasi Minak Jinggo lengkap dengan gada atau senjata pentungan khasnya yang ditampilkan penggalang SMP Negeri 2 Banyuwangi.
Namun yang paling besar adalah instalasi 500 tongkat MTS Negeri Banyuwangi yang berbentuk kereta kencana, lengkap dengan dua kuda, yang digerakkan dengan roda kecil. Tongkat-tongkat disatukan dengan berbagai simpul seperti simpul pangkal, simpul kembar, simpul mati, hingga ikatan palang dan banyak yang lain.
Pembina Gerakan Pramuka MTS Negeri Banyuwangi, Hayat, mengatakan proses pengerjaannya melibatkan para siswa yang memakan waktu 3 hari. Dia menjelaskan di sekolah yang berada di Jalan Mawar Banyuwangi itu semua siswa yang berjumlah 1.200 anak, wajib mengikuti ekstrakurikuler Pramuka.
"Sesuai tema kali ini keutuhan NKRI kami berusaha merekatkan siswa laki-laki dan perempuan disamping adanya aturan-aturan sekolah untuk mereka. Kerajaan sifatnya menaungi masyarakatnya, kita tampilkan dalam bentuk kereta kencana," katanya.