"Kami beri hadiah buku sebagai dukungan, itu kalau dibaca akan bermakna sesuatu yang luar biasa," ujar Mukhlis.
Merdeka.com, Banyuwangi - Belasan pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) mendatangi Kantor Pemkab Banyuwangi. Kedatangannya ingin mengucapkan terima kasih kepada Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas atas berbagai dukungan yang diberikan untuk lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Sebagai ucapan terima kasih, Ketua PDM Banyuwangi, Mukhlis, memberi sebuah buku novel Tenggelamnya Kapal Vander Wijck karya sastrawan terkenal, Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal sebagai Hamka.
"Kami banyak dibantu untuk pengembangan lembaga pendidikan, panti asuhan. Kami beri hadiah buku sebagai dukungan, itu kalau dibaca akan bermakna sesuatu yang luar biasa," ujar Mukhlis kepada Merdeka Banyuwangi, Kamis (11/1).
Bagi Mukhlis, novel Tenggelamnya Kapal Vander Wijk sangat perlu dibaca oleh Anas, setelah mengalami peristiwa politik yang menyerang dirinya.
Harapannya, Anas bisa terinspirasi kisah dalam novel tersebut, bangkit dan terus menunjukkan karya terbaik dari kerja kerasnya di Banyuwangi.
"Politik itu biasa. Ada yg pro dan kontra. Bupati kami hadiahi sebuah buku Tenggelamnya Kapal Vander Wijck. Ini sebagai support kami untuk bupati," katanya.
Sepenggal kisah dalam novel Tenggelamnya Kapal Vander Wijck, kembali diuraikan oleh Mukhlis sebagai ilustrasi. Novel tersebut mengisahkan perantau asal Makassar, Zainudin, yang coba mengenal tanah kelahiran Ayahnya di Minangkabau.
Dia lantas dikucilkan, hanya karena mencintai gadis Hayati yang berbeda suku. Zainudin berdarah suku Bugis, sementara Hayati suku Minang.
Kecewa, Zainudin memilih untuk bangkit dari keterpurukan. Ia merantau ke tanah Jawa, Batavia (Jakarta) hingga ke Surabaya. Hasilnya, Zainudin menjadi seorang yang sukses dari hasil karya-karyanya yang masyhur.
Novel Tenggelamnya Kapal Vander Wijck pertama diterbitkan pada 1939. Sementara Hamka, menulis kisah tersebut hasil refleksi peristiwa sejarah yang difiksikan dari tenggelamnya kapal Vander Wijck yang terjadi pada 1936 -tiga tahun sebelum terbitnya naskah.
"Kalau bisa memaknai kejadian ini, jika kita ikhlas, akan ada yang lebih baik bagi kita," katanya.
Sementara itu, Anas bertemu pengurus Muhammadiyah tersebut selama kurang lebih dua jam. Selama itu, berbagai dialog muncul untuk progres Banyuwangi ke depan. Salah satunya seperti yang ditanyakan para pengurus, terkait perbaikan jalan hingga Jalur Lintas Selatan (JLS).
"Program prioritas, tahun ini JLS akan dilanjutkan, lebarnya ditambah dua kali lipat. Ke depan tata ruangnya tetap terjaga karena kanan kirinya perkebunan, agar tetap jadi kawasan nyaman. Untuk persoalan jalan, ini tinggal bersabar untuk gantian. Tunggu anggaran, dan ini perlu waktu," ujar Anas.