Event ini sudah menjadi tradisi masyarakat sekitar Pantai Bangsring.
Merdeka.com, Banyuwangi - Memperingati HUT Kemerdekaan RI ke 71, sejumlah nelayan di Pantai Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, Jawa Timur menggelar lomba perahu layar mini. Lomba perahu tanpa kemudi yang berlangsung sejak dekade 90-an ini, bertujuan membangun tali silaturahmi dan keakraban antar nelayan di Pantai Bangsring.
Nama-nama perahu mini yang ikut kompetisi ini juga unik-unik. Ada yang diberi nama Solawat, Hantu Laut, Selingkuh, Raung, Sri Rejeki dan lain sebagainya.
Menurut salah satu panitia lomba, Sukirno ide membuat lomba bermula dari anak-anak yang ingin bermain perahu-perahuan di laut. "Zaman dulu, ini kan mainan anak-anak. Jadi anak-anak nelayan di sini (Bangsring) ingin bermain perahu-perahuan dan meminta orangtuanya dibuatkan perahu mini," kata Sukirno di sela lomba.
Setelah menjadi mainan khas anak-anak nelayan tempo dulu, permainan inipun akhirnya digemari para orang tua. Dan para nelayan di Bangsring berinisiatif untuk melombakannya tiap tahun.
Bahkan terkadang, kata Sukirno, satu tahun bisa digelar hingga empat kali lomba. "Tergantung cuaca, kalau cuacanya bagus satu tahun bisa empat kali kita adakan lomba. Kalau sekarang, karena masih suasana 17 agustusan, lomba ini kita gelar sekaligus untuk peringatan HUT Kemerdekaan ke 71," kata pria yang juga pengelola Bangsring Underwater ini.
Event yang sempat tenar di masa kepemimpinan almarhum Bupati Samsul Hadi ini, sudah menjadi tradisi masyarakat sekitar Pantai Bangsring. Hingga sekarang tradisi ini masih dirawat baik oleh masyarakat sekitar. Sudah tak terhitung berapa kali lomba digelar dengan tujuan membangun silaturahmi antar nelayan.
"Tahun ini, total hadiahnya Rp 1,1 juta dan piala. Acara ini tanpa sponsor, hadiahnya dari swadaya dan biaya pendaftaran peserta. Pendaftaran kita kenakan Rp 10 ribu," ujarnya.
Bagi para peserta yang gagal, bisa mendaftar lagi. Tidak ada batasan selama pendaftaran belum ditutup. "Lomba ini kita gelar hanya satu hari. Ada sekitar 70 orang yang ikut. Tapi bagi mereka yang gagal bisa mendaftar lagi dengan biaya pendaftaran yang sama," katanya.
Aturan permainan ini cukup unik. Para peserta membawa perahu layar mininya ke tengah laut dengan berenang. Jarak sekitar 130 meter dari bibir pantai, mereka melepaskan perahu layarnya. Kemudian perahu akan berjalan dengan mengandalkan angin laut.
"Kalau anginnya bagus kapal bisa berjalan kencang. Di permainan ini, kapal siapa saja meski berjalan cepat sampai finish tapi gagal masuk gawang berukuran 30 centimeter, dia gugur. Sementara kapal yang datang belakangan tapi berhasil melewati gawang, dialah yang menang," kata Sukirno.
Artinya penilaian lomba ini bukan berdasarkan kecepatan perahu layarnya, melainkan ketepatan kapal masuk gawang yang berada di tepi pantai.
"Kalau pesertanya banyak, bisa sampai empat race. Kalau untuk lomba hari ini, kita lepas tujuh-tujuh kapal. Dari tujuh kapal itu kita ambil tiga pemenang. Antar pemenang di tiap race kemudian kita adu lagi di race berikutnya, sampai final dan ada pemenangnya," ujar dia.