Isyam memulai karir sebagai model pada 2003. Saat itu ia banyak belajar dunia fashion dari seorang desainer kondang Jakarta, Ramli.
Merdeka.com, Banyuwangi - Isyam Syamsi, seorang desainer batik khas Banyuwangi yang tidak pernah sekolah desain. Malahan, ia mendapat gelar sarjana dari jurusan manajemen keuangan. Ia mengaku mencintai dunia desain sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Isyam memulai karir sebagai model pada 2003. Saat itu ia banyak belajar dunia fashion dari seorang desainer kondang Jakarta, Ramli. Tahun 2009 ia mengikuti ajang Mojopahit Travel Fair, perwakilan Kabupaten Banyuwangi di tingkat provinsi.
Karirnya sebagai desainer terus melambung. Tahun 2013 ia berpartisipasi di ajang Banyuwangi Batik Festival (BBF) dengan tema Gajah Oling. Saat itu ia berkolaborasi dengan pemilik Batik Sritanjung, Hj. Nemi dan mendapat juara umum.
Tahun berikutnya, BBF dengan tema Kangkung Setingkes ia bersolo dengan branding produk miliknya sendiri, galeri batik Isyam Syamsi. Saat itu ia mendapat juara umum dalam 4 kategori. Yaitu busana casual, busana kerja wanita, busana kerja laki-laki dan busana pesta.
Pada 2015, Isyam bekerja sama dengan galeri Sisik Melik sebagai desainer. Karyanya pun menyabet juara 3 dalam kategori icon batik, dan juara 2 dalam busana casual anak. Tahun ini rencananya ia akan kembali hadir dalam BBF 2016 dengan tema Jajang Sebarong.
"Desain saya lebih ke padu-padan dalam warna batik. Dari paduan warna yang elegan, batik Banyuwangi bisa dipakai semua kalangan, termasuk remaja," ujarnya kepada Merdeka Banyuwangi, Selasa (29/3).
Menurut dia, seluruh karya desain batik buatannya tak terlepas dari unsur klasik. Hal tersebut sengaja ia tonjolkan agar batik Banyuwangi terlihat elegan dan mewah. Galeri Isyam Syamsi bisa pengunjung jumpai di hotel Ketapang Indah di Jalan Gatot Subroto km.6, Banyuwangi.
Filosofi batik
Batik memang menjadi salah satu produk unggulan Kabupaten Banyuwangi. Dalam perkembangannya, batik Banyuwangi melahirkan desainer-desainer muda yang bangga akan keunikan batik di wilayahnya, termasuk Isyam Syamsi.
Sebagai desainer, Isyam tak pernah lelah menerjemahkan setiap filosofi dalam semua motif batik khas kota kelahirannya tersebut. Ia menjelaskan ada sekitar 35 motif batik Banyuwangi yang syarat akan makna.
Misalnya saja motif Gajah Oling. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang besar, Gajah menjadi simbol keagungan. Sementara Oling adalah bahasa osing yang berarti iling atau ingat. Lantas, filosofi motif Gajah Oling adalah sehebat atau sesukses apapun manusia, ia semestinya tetap ingat kepada yang maha kuasa.
Motif batik lain adalah Kangkung Setingkes (Seikat Kangkung) yang berfilosofi sebagai persatuan dan kesatuan. Baik dari segi agama, budaya, dan suku yang ada di Banyuwangi.
Paras Gempal yang berarti serpihan batu padas. Motif tersebut menggambarkan layaknya sekeras apapun perjalanan hidup, kalau manusia mau bekerja keras, hasilnya pun akan maksimal.
Jajang Sebarong adalah serumpun bambu, yang menunjukkan tentang arti persaudaraan. Motif Gedekan yang menggaungkan hidup yang semestinya sederhana. Dan motif Totogan, mengajarkan tentang kesempurnaan hidup.
Saat menceritakan semua filosofi pada batik tersebut kepada Merdeka Banyuwangi (29/3), Isyam terlihat sangat bangga akan kekayaan budaya di tanah Osing. Baginya, bisa menjelaskan seluruh filosofi tersebut kepada pengunjung adalah kepuasan batin tersendiri.