"Keunggulan tidak hanya teknologi, tetapi juga kearifan lokal penangkapan ikan. Produksi ikan kita sudah urutan kedua setelah Cina".
Merdeka.com, Banyuwangi - Kabupaten Banyuwangi menjadi tuan rumah workshop international training penangkapan dan budidaya perikanan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Workshop ini diikuti 28 peserta dari delegasi 24 negara-negara berkembang di Asia Pasifik dan Afrika.
Sekertaris Badan Riset Sumberdaya Perikanan dan Kelautan, Kementerian Perikanan, Maman Hermawan, menyampaikan, para peserta training dari berbagai negara bakal saling berbagi pengalaman tentang upaya penangkapan ikan yang ramah lingkungan, budidaya perikanan hingga pengolahan produk perikanan yang bernilai jual tinggi.
"Sektor perikanan menjadi konsumsi yang diandalkan. Sehingga keamanan dan keberlanjutan untuk konsumsi terutama untuk kebutuhan gizi harus diperkuat," ujar Maman kepada para delegasi di Kantor Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan, Banyuwangi, Senin (16/7).
Indonesia kata Maman, sudah kali kedua mengadakan transfer pengetahuan tentang perikanan. Indonesia dilirik negara-negara berkembang di Asia Pasifik dan Afrika karena dinilai tegas dengan praktik ilegal fishing dan bisa bertahap mengembalikan produktivitas penangkapan ikan yang lebih ramah lingkungan.
"Keunggulan tidak hanya teknologi, tetapi juga kearifan lokal penangkapan ikan. Produksi ikan kita sudah urutan kedua setelah Cina. Sudah ratusan kapal asing yang tertangkap. Kondisi ini yang menjadi nilai tawar dan dilirik negara negara," jelasnya.
Dari 24 negara- negara berkembang yang menjadi peserta antara lain dari Papua New Guinea, Kiribati, Tuvalu, Nauru, Solomon Island, Thailand, Bangladesh, Afrika Selatan, Alger, Congo, Madagaskar, Tunisia, Kenya, Seychelles, Libya, Comoros, Guinea, Morocco, Mauritania, Guinea, Lesotho, Sudan dan Uganda. Mereka berasal dari delegasi dengan latar belakang beragam, mulai akademisi, pengusaha, nelayan, dan pejabat pemerintah.
Kegiatan ini, kata Maman, diselenggarakan atas kerjasama Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Non-Aligned Movement Center for South -South Technical Cooperation (NAM CSSTC) yang mendorong pemerintah Indonesia memberikan transfer pengetahuan tentang perikanan.
"Kalau menangkap secara rasional, maka sumber daya akan tumbuh normal. Ada kesempatan berkembang biak, bertelur, kawin. Indonesia ini dua per tiga laut, kaya dengan sumbedaya yag beragam. Harapannya nanti mereka bisa mengkampanyekan kelestarian lingkungan di negara masing-masing," terangnya.
Selama di Banyuwangi hingga 21 Juli nanti, para peserta bakal mendapat materi tentang penangkapan ikan yang ramah lingkungan.
Kepala Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Banyuwangi, Achmad Subijakto menambahkan, peserta bakal mendapat pelatihan seperti cara menangkap ikan menggunakan bubu yang ramah lingkungan. Kemudian belajar teknik budidaya ikan dengan keramba jaring apung.
"Bubu alat tangkap ikan krapu yang ramah lingkungan, dikembangkan di beberapa negara termasuk Indonesia. Kalau dengan jaring tidak selektif lagi, ikan lain bisa mati," jelasnya.
Selain itu, para peserta bakal dikenalkan dengan komunitas nelayan Banyuwangi yang sudah menerapkan sistem ramah lingkungan dan berdampingan dengan sektor pariwisata, seperti di Bangsring Underwater dan Grand Watudodol.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, kegiatan-kegiatan pelatihan yang diikuti dari berbagai negara bisa turut mengkampanyekan potensi lokal di sektor kebudayaan dan pariwisata.
"Mereka bisa jadi piar mengenal dan membagikan pengalaman pariwisata di Banyuwangi. Mudah-mudahan pariwisata Banyuwangi semakin dikenal di kawasan Asean dan Afrika. Saya harap mereka bisa nyaman berada di Banyuwangi," katanya.