"Ini kan panen raya di luar Banyuwangi mengakibatkan harga cabai jadi rendah. Nanti ada batas waktunya untuk tidak panen lagi".
Merdeka.com, Banyuwangi - Harga cabai rawit merah mengalami penurunan hingga Rp 5.000 per kilogram (kg) pasca Idul Adha. Hal itu dikarenakan panen raya yang terjadi di sejumlah sentra produksi cabai di Pulau Jawa.
Direktur Pasar Komoditi Nasional (Paskomnas) Soekam Purwadi memperkirakan harga cabai rawit untuk petani di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur akan membaik bulan depan. Harga sedang rendah justru saat petani cabai di Banyuwangi, khususnya di Kecamatan Wongsorejo, belum memasuki masa panen raya.
Untuk panen cabai rawit, kata Soekam akan berlangsung selama 2 bulan, sedangkan panen raya petani daerah lain sekarang telah berlangsung 3 minggu. Setelahnya mereka harus menunggu 2 bulan hingga bisa melakukan
panen rawit merah, hal tersebut dikatakan Soekam dalam rapat koordinasi wilayah (rakorwil) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se eks Karesidenan Besuki dan Lumajang (Sekarkijang) di ruang Rempeg Jogopati, Kantor Pemkab Banyuwangi, Selasa (4/9).
"Ini kan panen raya di luar Banyuwangi mengakibatkan harga cabai jadi rendah. Nanti ada batas waktunya untuk tidak panen lagi. Mudah-mudahan saat Banyuwangi panen, harapan kita harga sudah tidak rendah lagi, "kata Soekam yang memimpin jaringan 3 pasar induk, di Tangerang, Palembang, dan Surabaya.
Dia mengatakan, sentra cabai rawit memang selama ini berada di Jawa Timur. Banyuwangi belum panen, namun ada Blitar, Lumajang dan Kediri yang saat ini sedang panen banyak. Belum lagi dari Jawa Tengah, yakni di sekitar Temanggung, Magelang, Wonosobo, lalu di Jawa Barat ada Garut dan sekitarnya yang juga produksi cabai rawit.
Soekam mengatakan banyaknya pasokan cabai rawit ke pasar induk yang membuat harganya jatuh. Pasar induk yang dikelolanya di Tangerang, biasanya setiap hari menerima pasokan 50 hingga 60 ton cabai rawit. Namun akhir-akhir ini mereka menerima hingga 80 ton cabai rawit per hari.
"Saya sudah ketemu beberapa petani cabai di Banyuwangi, mereka setengahnya distop, jangan panen dulu," kata dia.
Sesuai dengan informasi dari Kepala Dinas Pertanian (Disperta) Banyuwangi Arief Setiawan, BEP (Break Event Point) petani cabai adalah Rp 12 ribu per kilogram, tentu timbul kerugian ketika mereka harus menjual dengan harga Rp 5 ribu per kilogram. Cabai biasanya diangkut dengan ongkos Rp 1 ribu per kilogram ke Jakarta dan dijual di pasar induk, di mana harga jual hari ini Rp 12 ribu per kilogram.
Sementara Ketua Tim Advisor Bank Indonesia (BI) Cabang Jember M Lukman Hakim mengatakan, rendahnya harga jual cabai rawit menyumbang deflasi untuk Banyuwangi. Dia mengatakan angka inflasi Kabupaten Banyuwangi pada akhir tahun nanti, diperkirakan akan lebih rendah dari inflasi tahun lalu.
Bila tahun lalu kenaikan inflasinya sebesar 3,17 persen, lebih rendah dari target nasional 3,5 persen, tahun ini diperkirakan akan lebih rendah lagi dari itu. Sebabnya tidak ada kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) tahun ini seperti yang terjadi tahun lalu. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tahun ini diperkirakan menambah angka inflasi, namun tidak banyak.
"Tahun ini sampai Agustus, kenaikan inflasi Banyuwangi sebesar 1,64 persen. Kami optimis walaupun US Dollar naik, inflasi Banyuwangi akan lebih rendah dari tahun lalu," katanya.