"Yang jelas kita mengakomodir. Kita ingin beri ruang mulai dari pelari kecil, produktif sampai yang master," kata Wawan.
Merdeka.com, Banyuwangi - Aksi peserta dengan usia di atas 50 tahun dalam gelaran Banyuwangi Ijen Green Run 2018 membuat semangat baru . Bagaimana tidak, mereka yang telah di usia senja berjuang berlari dengan lintasan menantang sejauh 18 atau 33 kilometer di Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (8/4).
Dari 732 orang peserta, 40 orang berusia 50 tahun ke atas. Panitia juga menyediakan kategori khusus, kategori master untuk peserta berusia 40 tahun ke atas, yang tahun ini mencapai 25 persen dari jumlah peserta.
"Yang jelas kita mengakomodir. Kita ingin beri ruang mulai dari pelari kecil, produktif sampai yang master," kata Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Banyuwangi, Wawan Yadmadi.
Seorang pelari tertua ikut serta di kelas 18 kilometer bernama Bambang Sutrisno (68) berasal dari Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi. Dia mengatakan 3 tahun terakhir mengikuti kelas 5, 15 hingga 18 kilometer.
"Target olahraga bagi saya adalah sehat. Untuk lari hari ini lancar, tetapi di turunan saya kesulitan jadi enggak bisa cepat," kata Bambang.
Dia menekankan agar berhasil rutin berolahraga bukan untuk gaya-gaya, tetapi harus muncul dari rasa suka berolahraga. Pensiunan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu rutin berlari 5 kilometer setiap pagi hari.
Komunitas lari Bali Hash Community membawa 25 orang anggota mengikuti Banyuwangi Ijen Green Run tahun ini. Ada 2 orang yang juga berusia di atas 50 tahun.
Nyoman Sapta (52) mengatakan kelas 18 kilometer sangat mudah dilaluinya bersama anggota Bali Hash lain. Pasalnya mereka rutin melakukan lari setiap hari Senin, Kamis dan Sabtu dengan kelas short 6 kilometer dan long 14 kilometer.
Dalam event spesial atau event tahunan Ball Breaker, bahkan mencapai 26 sampai 30 kilometer. Nyoman juga mengatakan lintasan di Ijen Green Run juga cukup familiar baginya, dari pengalaman lari rutin mereka di Bali.
"Kita jarang kena aspal, yang sering kebun, tanah, sungai dan sawah. Naik pakai tali di jalur curam juga biasa," kata pegawai di salah satu kantor notaris di Bali itu.
Sutanegara Made (55) yang juga dari Bali Hash dan mengikuti Ijen Green Run kelas 33 kilometer memiliki pendapat yang lain. Dia mengatakan jalur trekking sangat menantang, khususnya di jalan berbatu dan karena panas yang menyengat. Dia berharap even bisa digelar lebih pagi untuk menghindari deraan sinar Matahari yang terlalu panas.
"Alam di Bali jalurnya sawah, bukit, lebih soft. Ini lebih hard jalan aspal, jalan sirtu cukup keras di kaki. Tapi finally good," kata Made.
Banyuwangi Ijen Green Run tahun ini diikuti peserta dari 14 negara seperti Kenya, Belanda, Belgia dan Perancis. Peserta terbagi dalam kelas 6 kilometer, 18 kilometer dan 33 kilometer.
Pelari dari Kenya James Karanja menjadi juara pertama kelas long run 33 kilometer.