Pemasaran berbasis online menjadi kebutuhan wajib untuk mendongkrak daya saing UMKM.
Merdeka.com, Banyuwangi - Program Digital Market Place Pemkab Banyuwangi, Jawa Timur siap diluncurkan, siang ini (20/4). Program ini diberi nama Banyuwangi Mall dan akan segera dilaunching Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno di Pendopo Shaba Swagata.
Menurut Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, Banyuwangi Mall ini sengaja dirancang untuk lebih memperkuat daya saing pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Situs belanja khusus bagi pelaku UMKM di Banyuwangi ini, diberi alamat www.banyuwangi-mall.com.
"Inisiatif ini merupakan dukungan pemerintah untuk mengembangkan UMKM, terutama dari aspek pemasaran. Platform ini diharapkan bisa mendorong terwujudnya ekosistem digital bagi UMKM lokal," kata Anas sebelum launching digelar.
Dia melanjutkan, Banyuwangi Mall ini untuk menjembatani antara produsen dan konsumen agar mereka bisa melakukan transaksi secara langsung tanpa perantara. "UMKM Banyuwangi bisa mendapatkan jangkauan pasar yang lebih luas dengan Digital Market Place ini," katanya.
Program ini digagas Pemkab Banyuwangi dengan menggandeng PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Banyuwangi menjadi kabupaten pertama di Indonesia yang memfasilitasi penjualan produk UMKM-nya melalui platform Digital Market Place terintegrasi.
"Mengapa harus menggandeng bank? Karena akan sangat mahal kalau kita promosi sendiri. Dengan BNI situs belanja ini bakal terpromosikan ke puluhan juta nasabah BNI tanpa kita harus susah payah promosi sendiri," jelasnya.
Pemasaran berbasis online, kata Anas, kini menjadi kebutuhan wajib untuk mendongkrak daya saing UMKM. Terlebih lagi saat ini jumlah pengguna internet (netizen) terus meningkat. Tren belanja online juga terus meningkat.
Jumlah netizen di Indonesia telah mencapai lebih dari 85 juta. Berdasarkan riset Brand & Marketing Research (BMR) diperkirakan 24 persen pengguna internet di Indonesia adalah penyuka belanja online.
Rata-rata pengeluaran para netizen yang melakukan belanja online per tahun mencapai Rp 825.000. Tahun 2014 nilai transaksi belanja online di Indonesia mencapai Rp 21 triliun. Kemudian di Tahun 2015 naik dua kali lipat hingga hampir menyentuh angka Rp 50 triliun.
Sementara data lain dari Euromonitor menyebutkan nilai belanja online di Indonesia mencapai hampir Rp 15 triliun. Sehingga berdasarkan analisa ini Anas meyakini ke depan pemasaran online akan menjadi model utama bisnis UMKM.
"Saat ini berdasarkan data Euromonitor porsi penjualan online terhadap total penjualan ritel di Indonesia baru mencapai 0,7 persen. Masih jauh tertinggal dibanding negara lain."
"Tapi dengan tren ke depan porsi belanja online akan terus meningkat. Ada ruang pertumbuhan yang besar. Dalam bisnis kita tidak hanya bicara performa saat ini, tapi proyeksi. Istilahnya kita coba membawa UMKM Banyuwangi mengantisipasi dan memenangkan masa depan," kata suami Ipuk Fiestiandani ini.
Orang nomor satu di Bumi Blambangan ini menambahkan, pasar utama produk dan jasa berbasis online adalah kelas menengah yang melek teknologi.
Dari data Bank Dunia, kelas menengah di Indonesia yang mengeluarkan dana konsumtif Rp 60.000-300.000 per hari ada 44 juta orang dan yang mengeluarkan dana Rp 30.000-60.000 per hari ada 107 juta orang. "Ini pasar yang besar, karena itu kami dorong UMKM Banyuwangi untuk memanfaatkannya," ucapnya.
Selain itu, UMKM Banyuwangi juga mempunyai sasaran pasar yang unik, yaitu Ikatan Keluarga Banyuwangi (Ikawangi) yang tersebar di pelbagai kota besar di Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua. Mereka adalah orang Banyuwangi yang karena beberaapa faktor, seperti pekerjaan dan keluarga, tinggal di kota lain.
"Ikawangi ini ikatan solidaritasnya kuat. Setiap tahun kumpul di Jakarta, Bali, Surabaya, dan Papua, jumlahnya ribuan. Bahkan di Papua kemarin diresmikan Gedung Ikawangi yang megah. Mereka ada yang jadi kapolres, kepala dinas, bupati, anggota DPR, pengusaha, direktur bank, dan sebagainya. Ini pasar yang potensial," ujarnya.