Sejak zaman kerajaan Majapahit, kebaya menjadi identitas dan kearifan lokal masyarakat.
Merdeka.com, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur untuk pertama kali mengadakan Festival Kebaya. Melalui event ini, Pemkab Banyuwangi berupaya melestarikan dan mempopulerkan kembali kebaya, pakain khas Nusantara yang sudah ada sejak masa kerajaan Majapahit.
Chairman Indonesia Fashion Chamber (IFC) Ali Charisma menjelaskan, sejak zaman kerajaan Majapahit, kebaya menjadi identitas dan kearifan lokal masyarakat Nusantara, dan beberapa negara di Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, Burma, Thailand.
Dari situ, dia sangat berterimakasih karena sudah berupaya mempopulerkan kembali kebaya di tanah Nusantara. Apalagi ini merupakan ajang yang pertama kali di Indonesia.
"Kami sangat berterimakasih, karena ini penting diselenggarakan. Apalagi ini festival pertama kali di Indonesia, sehingga bisa menyatukan Indonesia," ujar Ali di Bandara Blimbingsari yang dipilih menjadi tempat Festival Kebaya, Jumat (21/4).
Ali melanjutkan, potensi pasar kebaya di Indonesia dan mancanegara sangat besar. Selain memiliki nilai historis, saat ini kebaya juga sudah mulai dimodifikasi dengan desain lebih modern. Sehingga, bisa lebih fleksibel tanpa menghilangkan nilai tradisional.
"Mempresentasikan kebaya yang tradisional dikolaborasikan dengan modern, bisa disebut kebaya kontemporer. Dan ini potensi bisnisnya sangat besar karena budayanya ada di Indonesia," jelasnya.
Dia juga mengapresiasi karena kegiatan ini bukan hanya penampilan fashion. Melainkan ada edukasi kepada desainer baru dengan memberikan pelatihan, penguatan dan lomba untuk menguji kualitas.
"Jadi ini ada 120 lebih desainer nasional yang memberikan support," jelasnya.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar mengatakan Festival Kebaya memang untuk menghargai kebudayaan bangsa dan mendorong agar tumbuh usaha desain dan tatabusana kearifan lokal di Banyuwangi.
Selain itu, Anas juga meminta agar ke depan ada produk kebaya yang diperkuat dengan identitas khas Banyuwangi seperti motif bordir batik gajah uling.
"Saya titip Gajah Uling agar menjadi ciri khas tertentu kebaya Banyuwangi. Saya titip diproduksi ke depan, karena itu identitas yang mudah diingat," ujarnya.
Festival kebaya ini digelar selama 21 - 22 April, hari pertama diselenggarakan di Terminal Bandara Blimbingsari dan nanti pada pukul 19.00 WIB akan berlangsung di Gor Tawangalun Banyuwangi.
Event ini melibatkan 100 desainer kebaya, antara lain Ferry Sunarto, Priscilla Saputro, Lenny Agustin, Deden Siswanto, Afif Syakur, Dwi Iskandar, Devy Rose, Inge Chu, Phangsanny, Dedy Delmora, dan Aura Putri yang mewakili keragaman gaya kebaya, mulai dari glamor, kasual, klasik, hingga kontemporer.