1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Festival patrol Ramadan angkat budaya Banyuwangi saat bangunkan orang sahur

"Patrol ini tradisi rakyat Banyuwangi dalam membangunkan orang sahur. Mencerminkan kekompakan pemuda di desa-desa dalam memadukan syiar agama".

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas . ©2018 Merdeka.com Editor : Endang Saputra | Selasa, 29 Mei 2018 11:12

Merdeka.com, Banyuwangi - Menonton Festival Patrol di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, bagaikan melihat kebiasaan warga setempat membangunkan orang untuk sahur, dini hari di bulan Ramadan. Dengan musik berisik dari bambu dan berirama cepat, sekelompok pemuda berjalan berkeliling desa setiap malam membangunkan warga dari lelap tidur mereka.

Ibu-ibu rumah tangga kemudian bangun, menyiapkan makanan dan membangunkan anggota keluarga lainnya untuk melaksanakan makan sahur. Suara yang membangunkan masyarakat untuk bersahur juga datang dari pengeras suara dari surau atau masjid.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, kebudayaan Ramadan seperti itulah yang selama ini dilakukan di Bumi Blambangan. Festival Patrol yang tahun ini kembali digelar merupakan upaya pemerintah daerah dalam melestarikan kebudayaan masyarakat yang memanfaatkan alat-alat musik tradisional.

"Patrol ini tradisi rakyat Banyuwangi dalam membangunkan orang sahur. Mencerminkan kekompakan pemuda di desa-desa dalam memadukan syiar agama dan budaya," kata Anas dalam sambutan pembuka festival, Senin (28/5) malam.

Dia mengatakan agama Islam sendiri masuk ke Indonesia bukan dengan merusak kebudayaan lama, melainkan dengan akulturasi dan kombinasi budaya dan syiar agama. Seperti itu juga Patrol yang digunakan sebagai media bersyiar mengajak umat beribadah dengan kemasan kebudayaan.

"Walisongo tidak pernah membongkar budaya kecuali akulturasi. Dan Islam jadi kuat dan tumbuh di Jawa tanpa porak-porandakan budaya," kata dia.

Dalam festival yang digelar malam hari di halaman depan Stadion Diponegoro Banyuwangi itu, 25 grup dari masing-masing kecamatan adu kebolehan. Setelah beratraksi di depan juri penilai, mereka akan lanjut berjalan keliling kota Banyuwangi.

Acara dilaksanakan selama 2 hari, dengan rute yang berbeda, namun dengan titik start dan finish yang sama, Stadion Diponegoro dan Taman Blambangan.

Alat musik yang mereka gunakan utamanya kentongan bambu berukuran besar dan angklung. Alat musik lain yang dipakai diantaranya rebbana, suling, kluncing, dan gong.

Yang khas adalah Kentongan dari bambu besar yang dipukul dengan 2 stick kayu. Tangan kiri mengapit Kentongan di ketiak sambil memukulkan stick dari bawah. Sedangkan tangan kanan memukul dengan stick lain dari atas dengan pukulan-pukulan keras.

Anas berharap perpaduan antara budaya dan syiar agama itu juga tercermin pada kehidupan sehari-hari sehingga Banyuwangi berkembang dalam kondisi yang aman, tentram dan damai.

(ES) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Abdullah Azwar Anas
  2. Festival Banyuwangi 2018
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA