"Awalnya susah, karena tidak pernah main musik seperti ini. Kami latihan terus tiap hari selama sepuluh hari," kata Farhan.
Merdeka.com, Banyuwangi - Festival musik patrol Banyuwangi yang digelar untuk memeriahkan bulan Ramadan berlangsung meriah. Tidak hanya menampilkan pemain patrol tradisional asal Banyuwangi, festival ini juga diramaikan penampilan atraktif grup patrol oleh sebelas mahasiswa asing.
Penampilan peserta asal manca negara ini pun menjadi tontonan menarik tersendiri bagi ribuan pengunjung yang hadir. Festival ini digelar di halaman parkir Stadion Diponegoro, Senin (28/5) malam. Mengenakan baju adat Banyuwangi, mereka tak kalah atraktifnya dengan para penampil lokal.
Mereka adalah mahasiswa peserta manca negara yang tergabung dalam program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI). Mereka tinggal di Banyuwangi selama tiga bulan untuk belajar seni dan budaya Banyuwangi. Saat ini, mereka masuki bulan kedua pelaksanaan program.
Penampilan mereka diawali dengan tiupan flute dari peserta asal Benin. Lalu disusul alunan musik dari bambu dari berbagai jenis alat musik. Tidak hanya bermain musik, mereka juga menyanyikan lagu Banyuwangi, bulan puasa dengan fasihnya.
Marhaban ya ramadan...
Puoso, ayo puoso..
Tarawih ojok riko tinggalno..
Sholat lan dzikir iku kanggo tombo..
Zakat fitrah kanggo ngelebur duso.
Saur, ayo saur...
Dulur seng wetan, ayo saur..
Seng kulon, saurrr...
Para penonton pun dibuat riuh melihat penampilan mereka. Karena tidak hanya memainkan patrol dengan apik, mereka juga membawakan bait-bait lagu bahasa Using meski dengan logat yang terdengar asing di telinga.
Tidak hanya penonton yang dibuat terkesan dengan mereka, namun mereka sendiri juga mengaku terkesan diberi kesempatan bermain patrol.
Seperti yang diungkapkan Muhammad Farhan, mahasiswa asal India yang malam itu menjadi salah satu penyanyi di grupnya. Bagi dia, memainkan alat musik tradisional disertai bernyanyi dalam bahasa Using - suku khas Banyuwangi, adalah pengalaman yang luar biasa.
"Awalnya susah, karena tidak pernah main musik seperti ini. Kami latihan terus tiap hari selama sepuluh hari, khususnya menghafal lirik bahasa Using. Memang susah, tapi saya sangat suka karena rasanya tertantang," cerita Farhan.
Farhan pun mengaku terkesan dengan musik dari bambu ini. "Saya ingin ajarkan musik ini setelah kembali di India. Apalagi sekarang banyak sekali orang India yang berminat terhadap Indonesia," jelas Farhan.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Arzu Muradova asal Azerbaijan. Bermain patrol adalah pengalaman yang menyenangkan. Meski untuk bisa, Arzu harus latihan setiap hari di tengah-tengah dia berpuasa.
"Rasanya exciting. Kita harus memainkan musik dari bambu. Tapi ini lebih mudah dibanding belajar gamelan," ujar dara berparas ayu ini.
Arzu pun mengapresiasi festival patrol ini. "Festival yang melibatkan peseeta dari anak-anak sampai dewasa ini bagus karena sejak kecil mereka sudah dikenalkan budaya daerahnya. Di negara saya tidak banyak festival semacam ini," tutur Arzu.
Sementara itu, bagi peserta lainnya Toffi Junior, bermain patrol memperkaya pengalaman bermusiknya. Maklum saja, di negara asalnya, Benin, Toffi adalah salah satu personal band. "Sangat menyenangkan tadi," ujarnya.
Festival patrol yang merupakan salah sati agenda Banyuwangi Festival (B-Fest) ini berlangsung selama dua hari, Senin - Selasa, (28 - 29 Mei). Festival yang dibuka oleh Bupati Abdullah Azwar Anas ini menampilkan 25 grup dari seluruh kecamatan di Banyuwangi yang siap berkompetisi. Mereka akan perform berkeliling kampung layaknya tradisi patrol yang dilakukan untuk membangunkan orang sahur untuk berpuasa.
Di hari kedua, Selasa malam nanti, 29 Mei, festival ini akan dimeriahkan penampilan Steinhaus Orchestra, grup musik orkestra asal Jerman