Beragam cara dilakukan untuk menarik minat warga agar terus membaca.
Merdeka.com, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mendapatkan anugerah Literasi Mitra Usaid Prioritas dari Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud RI. Penghargaan tersebut tidak lepas dari upaya pemkab meningkatan budaya baca warganya.
Penghargaan tersebut diserahkan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Hamid Muhammad yang diterima langsung Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi Sulihtiyono di Jakarta, Senin (20/3). Penilaian tersebut melibatkan US Agency for International Development (USAID), yang merupakan badan pembangunan internasional Amerika Serikat.
Penilaian ini dilakukan oleh tim independen dari Kemendikbud. “Sebelumnya Kemendikbud menunjuk tim independen yang bekerja sama dengan Universitas Negeri Yogyakarta untuk melakukan penilaian ke Banyuwangi terkait upaya peningkatan literasi. Penilaian bayak ditekankan pada inovasi yang dilakukan,” kata Sulihtiyono.
Inovasinya antara lain intruksi pemkab pada siswa dari tingkat SD-SMP untuk berkunjung ke perpustakaan daerah (perpusda) satu pekan dalam sekali. Bukan hanya membaca, mereka juga diminta untuk membuat ringkasan atas buku yang telah dibacanya.
"Selain mewajibkan ke perpustakaan, sejumlah SD di Banyuwangi telah mewajibkan siswanya membaca buku di luar buka pelajaran 15 menit sebelum masuk kelas. Bahkan empat perpustakaan SMP di Banyuwangi telah menjadi perpustakaan umum yang bisa diakses masyarakat. Banyak orangtua siswa yang memanfaatkan perpustakaan tersebut sembari menjemput anaknya," kata dia.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan anugerah ini merupakan bentuk penghargaan pemerintah pusat atas kerja keras Banyuwangi yang terus mendorong siswanya mencintai budaya membaca. “Apresiasi ini akan terus memotivasi kami untuk mengembangkan program-program literasi secara kreatif dan inovatif, khususnya bagi siswa,” kata Anas.
Untuk menumbuhkan minat baca, ada dua strategi yang dilakukan yaitu penguatan kelembagaan dan pelibatan aktif publik. Penguatan kelembagaan saah satunya dilakukan dengan membuat Perda Perpustakaan, yang mewajibkan adanya fasilitas taman bacaan atau sudut baca di tempat publik atau fasilitas umum, baik yang diselengarakan instansi maupun swasta.
"Perda tersebut juga mengatur setiap desa/kelurahan wajib mengalokasikan anggaran untuk pengadaan, pengelolaan, dan pengembangan perpustakaan desa/kelurahan, serta pemberian intensif bagi pengelola perpustakaan," ujarnya.
Bahkan, pada tahun 2017 ini digelar Festival Sastra yang masuk dalam agenda Banyuwangi Festival. Festival yang digelar pada 26 -30 April ini tujuannya tak lain untuk merangsang minat anak muda pada sastra. "Kalau difestivalkan yang dikemas dengan menarik, pasti akan tumbuh kecintaan pada sastra," ujar Anas.
Beragam cara untuk menarik minat baca warga terus dikembangkan Banyuwangi. Dalam waktu dekat, pemkab akan menyiapkan container library yang diletakkan di sejumlah titik strategis.
"Kontainer tersebut berisi beragam buku yang dilengkapi dengan sudut baca yang akan dibangun senyaman mungkin. Rencananya akan kami buka di stadion dan destinasi wisata," katanya.