Kanggi merupakan keranjang buah tangan khas Banyuwangi hasil kolaborasi UMKM dan Bekraf
Merdeka.com, Banyuwangi - Banyuwangi kini memiliki Kanggi, oleh-oleh khas Banyuwangi yang dikemas dengan desain dan modifikasi terbaru. Kanggi adalah kependekan dari “Keranjang Rasa Banyuwangi” yang merupakan hasil kolaborasi tujuh UMKM lokal Banyuwangi.
Para pelaku ekonomi kreatif Banyuwangi tersebut sebelumnya mendapatkan pendampingan dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) selama empat bulan. Lewat program Inovatif dan Kreatif melalui Kolaborasi Nusantara (Ikkon) dari Bekraf mereka diinkubasi untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk.
Salah satu UMKM tersebut adalah pemilik Batik Godho, Firman Sauqi. Firman mengatakan sangat beruntung terlibat kolaborasi bersama rekan UMKM lainnya. Kain Batik Firman menjadi salah satu isian dalam keranjang Kanggi.
“Teman-teman dari Bekraf ini memberikan wawasan baru hingga membuka pikiran kami untuk mengembangkan produk. Awalnya saya pikir apa yang kami lakukan di Banyuwangi sudah bagus, tapi ternyata begitu banyak aspek yang masih bisa ditingkatkan dari batik kami. Mulai desain motif, pewarnaannya dan ragam produk. Kreasi kami jadi lebih berkembang,” kata Firman.
Kolaborasi dengan Bekraf tersebut, kata Firman dilakukan dengan banyak diskusi dan eksperimen. Maklum saja, tim IKKON Bekraf sendiri terdiri 12 profesional dari lintas profesi dan subsektor, seperti desain komunikasi visual, desain tekstil, desain fashion, hingga business advisor.
“Mereka menggali potensi yang ada di kami, seperti apa saja motif batik yang kami miliki, lalu oleh mereka diolah lagi dengan sentuhan teknologi dan hasilnya ternyata sangat tidak saya duga, jadi bagus sekali. Motif kami tidak hilang tapi didesain lebih kaya dengan perpaduan motif yang beragam,” kata Firman.
Selain motif, Firman juga mendapatkan masukan berharga tentang pewarnaan batik. Warna apa saja yang sedang tren dan yang paling disukai oleh pecinta batik. Kini, Firman memproduksi tidak hanya selembar kain namun ada syal batik, pashmina, slayer dan sarung bantal. Motifnya juga lebih beragam, ada yang mengangkat lokasi ikonik di Banyuwangi.
“Berkumpul dengan tim IKKON Bekraf seperti membuka jendela saya, ternyata begitu banyak hal tentang batik yang belum saya ketahui dan sangat bernilai untuk pengembangan usaha batik kami,” cetusnya.
Kanggi merupakan keranjang buah tangan khas Banyuwangi hasil kolaborasi UMKM dan Bekraf yang mewakili seluruh rasa Banyuwangi. Yang ada dalam keranjang tersebut antara lain kopi, batik, kudapan, dan suvenir kerincing dan lengking.
Pelaku UMKM lain yang terlibat adalah Bayu W. Pratama, pengrajin bambu dengan label Widya Handicraft. Bayu memproduksi wadah keranjang Kanggi, suvenir kerincing dan lengking yang terbuat dari bambu hasil karya Widya Handicraft.
“Baik keranjang, keringcing dan lengking semua dihasilkan dari hasil diskusi saya dengan IKKON. Kami aktif membicarakan produk apa yang bisa mencitrakan Banyuwangi. Akhirnya muncul ide kerincing, kalung kerbau yang ikonik tradisi Kbo-keboan," kata Bayu.
Begitu pun dengan keranjang bambunya yang didapatkan dengan berbagai eksperimen dengan pendampingan Ikkon. Akhirnya disepakati anyaman motif irig atau wadah pencuci sayur tradisional dengan bentuk segi empat dan di pinggiran wadah juga ada hiasan kain batik Banyuwangi.
"Mereka sangat membuka pikiran kami, khususnya masalah desain kemasan. Desain lampu bambu kami kini lebih variatif dan eye catching. Ilmu ini sangat berguna kami, saya merasa hasil karya kami lebih menarik dan diminati pembeli," ujar Bayu.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan senang sekali adanya kolaborasi pusat dengan daerah untuk memajukan UMKM lokal. "Kunci hidup ini ya kolaborasi. Kalau kolaborasi, kita bisa maju lebih cepat. Pemerintah daerah pun harus lebih kolaboratif dengan mengajak semua pihak berkembang bersama,” kata Anas.