1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Kisah Ustaz Mustain bangun sekolah di pelosok desa Banyuwangi

Mustain pernah menangis saat siswa MTS-nya lolos seleksi SMK negeri.

©2018 Merdeka.com Editor : Muhammad Hasits | Jum'at, 03 Agustus 2018 19:21

Merdeka.com, Banyuwangi - Kasus anak putus sekolah jadi masalah serius di Dusun Gadog, Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada 2010. Sebab hanya 3 anak yang berhasil lulus sekolah menengah pertama (SMP) atau sederajat di kampung yang warganya mayoritas petani.

Masalahnya dulu jalan masih berbatu. Jaraknya 3 kilometer ke SMP terdekat menyulitkan akses anak-anak, ditambah tidak ada
kendaraan umum. Selain itu watak masyarakat setempat masih enggan memperjuangkan pendidikan umum, melainkan merasa cukup memberikan pendidikan pesantren saja untuk anaknya.

Kepada Merdeka Banyuwangi, Ustaz Mustain (46) mengatakan dirinya merasa sedih dengan kondisi itu, hingga memutuskan membangun madrasah tsanawiyah (MTS) Arrabbi di dalam kampung tahun 2011. Banyak masyarakat yang mendukung, bahkan menitipkan anak mereka, hingga guru ngaji itu harus membangun pondokan untuk tidur para santrinya.

"Tapi tetap ada yang bisik-bisik di belakang saya. Untuk apa sekolah di situ, dapat apa sekolah di situ, masak bisa (melanjutkan) ke sekolah negeri dari MTS itu,” ujar pria yang kini menjabat Ketua Yayasan Nurul Anwar Arrabbi itu, Jumat (3/8).

Tapi keraguan masyarakat itu terbantahkan 6 tahun kemudian ketika 2 siswa lulusan MTS Arrabbi masuk ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Glagah yang dikenal memiliki seleksi siswa baru yang sangat ketat. Mustain mengaku dia sendiri yang mengurus semua proses pendaftaran siswanya Muhammad Wahyudi ke SMKN 1
Glagah.

"Saya tidak pernah masuk ke gedung sekolah negeri. Tapi saya lakukan saja, kan nanti bisa tanya-tanya. Waktu tahu Wahyudi keterima, saya sampai merinding terharu, tidak terasa air mata saya menetes,” kisahnya.

Pengalaman masa lalu

Pada 1988, Mustain yang tinggal di Desa Pesucen, Kecamatan Kalipuro, menangis tersedu-sedu karena harus meninggalkan bangku SMP Terbuka Pesucen yang telah dinikmatinya selama 1 tahun. Semangatnya untuk menuntut ilmu begitu besar, sedangkan orang tua tidak mau membayar biaya ujian sebesar Rp 2 ribu saat itu.

Pengalaman menyedihkan itu terus teringat di benak Mustain hingga dia lulus dari Pesantren Nurul Huda, Dusun Semalang, Desa Sumbersari, Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi, dan menikahi Umi Bariroh pada 1999. Keduanya tinggal di Dusun Gadog tempat Umi Bariroh berasal, dan mulai mengajar mengaji anak-anak di sana.

“Tahun 2010 itu anak-anak sini saya tanya kenapa tidak sekolah SMP, mereka bilang tidak ada biaya dan tidak punya sepeda. Saya pikir jangan-jangan mereka seperti saya dulu, saya kan sedang semangat-semangatnya waktu itu, tapi tidak bisa sekolah,” kata Ustaz yang juga mengasuh Pesantren Nurul Anwar itu.

Kini MTS Arrabbi memiliki 10 guru, 29 siswa dan telah meluluskan sekitar 30 siswa 5 tahun terakhir. Setiap tahun siswa yang diluluskan kurang dari 10, karena sebagian memilih bekerja atau menikah sebelum mereka lulus SMP. Namun siswa pendaftaran tahun 2014 yang jumlahnya 8 anak, semua lulus pada tahun 2017, alias tidak ada yang putus sekolah
jenjang SMP.

Mustain mengklaim semua anak di kampungnya sekarang lulus SMP, meski masih ada yang tidak melanjutkan sekolah SMA atau putus sekolah SMA. Tidak hanya yang bersekolah di MTS Arrabi saja, banyak juga yang sudah bersekolah ke luar kampung dengan semakin membaiknya infrastruktur jalan. Dia mengatakan orang tua di Dusun Gadog sekarang memiliki semangat tinggi dalam memperjuangkan pendidikan umum untuk putra-putri mereka.

"Sekarang orang tua sini, nggak ada uang untuk SPP ya diadakan bagaimana caranya," katanya.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga berupaya mengurangi angka putus sekolah dengan berbagai program dan kesempatan beasiswa. Misalnya Gerakan Daerah Angkat Anak Putus Sekolah (Gerda Ampuh) yang mampu menyelamatkan sekitar 5 ribu siswa dari kemungkinan putus sekolah selama tahun 2016.

Gerda Ampuh melibatkan semua aparatur sipil negara (ASN) dan masyarakat yang diminta melaporkan keberadaan anak terancam putus sekolah kepada Dinas Pendidikan Banyuwangi. Bila ada anak di sekitar yang terancam putus sekolah, mereka bisa melaporkan secara langsung atau lewat aplikasi Android bernama Jalin Kasih Banyuwangi.

Ada juga kesempatan beasiswa Banyuwangi Cerdas bagi yang berprestasi dan kurang mampu, berkuliah hingga lulus disertai pemberian uang saku bulanan. Selanjutnya, lulusan Banyuwangi Cerdas, diwajibkan mengikuti program Banyuwangi Mengajar, menjadi guru sekolah di pelosok-pelosok Bumi Blambangan selama 1 tahun dengan honor tertentu.

“Pemkab Banyuwangi terus berkomitmen meningkatkan pendidikan. Porsi APBD pendidikan masih menjadi yang terbesar. Agar program-program yang bertujuan memberikan pendidikan yang lebih baik dan lebih tinggi bagi warga bisa terus dijalankan,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

(MH) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Pendidikan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA