"Yang abstrak tidak bisa dipahami, kalau yang realis kan mudah dipahami. Pameran seperti ini bagus, saya jadi bisa lihat-lihat," kata Rusdanto.
Merdeka.com, Banyuwangi - Keindahan karya seni rupa berbagai warna dan bentuk sering kali membuat mata kembali segar dan bersemangat. Peminat ataupun pencipta seni rupa dan wisatawan yang tengah berkunjung bisa menemukannya di Gedung Wanita Kota Banyuwangi, Jawa Timur, mulai Sabtu (3/11) hingga Sabtu (10/11).
Lebih dari 100 lukisan berbagai ukuran bisa dinikmati sambil berkeliling bersama pengunjung-pengunjung lainnya dalam gedung besar itu. Sebanyak 6 buah patung juga bakal menambah kekayaan seni rupa bagi para pengunjung.
Terutama patung penari gandrung yang dikerjakan dengan halus oleh pematung nasional asal Banyuwangi, Suhartono. Patung gandrung setinggi 155 sentimeter itu dibuat dari bahan polyester resin berwarna doff hitam dengan background ruang Gedung Wanita yang berwarna dominan putih.
Lukisan-lukisan dan patung itu hasil karya anggota Forum Perupa Banyuwangi (FPB) yang telah dikumpulkan sebulan terakhir. Sebanyak 130 orang pelukis dan 6 orang pematung anggota FPB mayoritas mendalami seni rupa secara otodidak dan menggeluti seni rupa sebagai profesi untuk mencari nafkah.
Salah satu pelukis Dedy Susandi mengaku menampilkan karyanya yang berjudul Goreng Kopi berukuran 120 sentimeter kali 70 sentimeter. Sesuai tema Spectacular Osing, dia mengangkat tradisi masyarakat Osing yang bertahan di era kekinian, melalui bentuk-bentuk tungku yang digunakan memasak kopi oleh beberapa wanita sambil ngobrol.
Karya yang diselesaikannya selama 1 minggu itu menggunakan media palet dengan campuran cat akrilik, namun dengan pemolesan yang berbeda. Bila biasanya media itu dibuat tebal dan menumpuk, Sekjen II FPB itu menggunakan teknik pemolesan yang tipis untuk lukisannya yang berwarna dominan gelap itu.
"Sekarang saya coba dengan goresan tipis yang sulit ditiru, sampai saya juga kesulitan mengulang (dengan bentuk goresan yang sama)," kata dia kepada Merdeka Banyuwangi, Selasa (6/11).
Salah satu pengunjung Rusdanto (72) bersama istrinya Yunani Farida (66) langsung mengelilingi ruangan melihat lukisan satu per satu. Pasangan yang memiliki lukisan reproduksi karya Basoeki Abdullah bertema Gatotkaca di rumahnya itu lebih sering berlama-lama di depan lukisan realis daripada abstrak.
"Yang abstrak tidak bisa dipahami, kalau yang realis kan mudah dipahami. Pameran seperti ini bagus, saya jadi bisa lihat-lihat," kata Rusdanto.
Sementara di halaman Gedung Wanita ada pula pameran foto dengan tema yang sama, Spectacular Osing, yang juga menampilkan 100 kertas yang menampilkan tangkapan lensa fotografer Bumi Blambangan. Jenis foto lebih beragam dari tahun lalu, ada human interest, festival, obyek wisata, potensi ekonomi hingga acara-acara tradisi.
Selain pameran, ada juga workshop fotografi, hunting bareng, diskusi antar komunitas, dan lelang foto pilihan yang digelar komunitas fotografi Banyuwangi itu. Yang terlibat di antaranya Banyuwangi Photography Community (BPC), Komunitas AOS, Kopi Anget Genteng, Banyuwangi Landscaper, dan Pewarta Photo Plat P (P4).
"Foto yang ditampilkan adalah karya yang dihasilkan selama setahun terakhir. Tujuannya agar momen setiap tahun di Banyuwangi terus terekam dan tidak terlupakan," ujar Sugeng Wibowo Sekjen BPC.