1. BANYUWANGI
  2. SENI DAN BUDAYA

Terminal Hijau Sampai 'Bukit Teletubbies' Jadi Destinasi Wisata Arsitektur Banyuwangi

"Saya juga dapat info ada lembaga pegiat arsitektur di Jakarta yang membuka tur arsitektur awal 2019 di Banyuwangi," kata Anas.

©2018 Merdeka.com Reporter : Endang Saputra | Jum'at, 07 Desember 2018 14:43

Merdeka.com, Banyuwangi - Konsep wisata arsitektur mulai berkembang di Kabupaten Banyuwangi. Berbagai lembaga, peminat arsitektur, hingga kampus mendatangi kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu untuk melihat penerapan konsep arsitektur pada sejumlah bangunan dan lansekap.

"Ikhtiar kita bersama membangun Banyuwangi bersama arsitek ternyata membuahkan hasil di sisi lain. Selain mengoptimalkan fungsi bangunan maupun lansekap untuk kepentingan pelayanan publik, ternyata juga mampu menarik minat orang untuk datang,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat ditemui, Jumat (7/12/2018).

Para mahasiswa jurusan arsitektur telah ke Banyuwangi, antara lain Universitas Diponegoro Semarang, ITS, UI, hingga Universitas Atmajaya. Rombongan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) dari sejumlah provinsi pun telah mendatangi Banyuwangi. Sejumlah pemerintah kabupaten/kota dari berbagai provinsi juga datang untuk studi penerapan pembangunan yang mengadopsi arsitektur khas lokal.

"Saya juga dapat info ada lembaga pegiat arsitektur di Jakarta yang membuka tur arsitektur awal 2019 di Banyuwangi. Mereka membawa para peminat arsitektur dari berbagai daerah,” ujar Anas.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah arsitek yang karyanya sudah lintas negara memang dilibatkan membangun Banyuwangi, mulai Andra Matin, Budi Pradono, Adi Purnomo, hingga Yori Antar. Mereka mengembangkan ruang terbuka hijau, terminal bandara, fasilitas pendidikan, stadion, pasar tradisional, pendopo, hingga lansekap destinasi wisata.

"Kami berterima kasih kepada para arsitek, karena mereka punya dedikasi tulus mengembangkan daerah lewat arsitektur,” ujarnya.

Banyuwangi juga mewajibkan bangunan baru berskala besar untuk memasukkan unsur budaya lokal dalam arsitekturnya, seperti hotel hingga gedung perkantoran. ”Ini upaya menitipkan kebudayaan kami agar lestari. Maka di Banyuwangi kita bisa melihat hotel berbintang memasukkan batik bermotif Gajah Oling dalam arsitekturnya, dan sebagainya,” papar Anas.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Mujiono, menambahkan, berkat kolaborasi arsitek dan publik Banyuwangi, Bupati Banyuwangi baru saja diganjar penghargaan tertinggi Ikatan Arsitek Indonesia.

Sejumlah bangunan yang kerap dikunjungi untuk wisata arsitektur antara lain Terminal Bandara Banyuwangi yang berkonsep hijau dan mengadopsi penutup kepala khas Suku Osing (masyarakat asli Banyuwangi) yang digarap Andra Matin. Itu merupakan terminal bandara berkonsep hijau pertama di Indonesia.

Selain itu, imbuh Mujiono, ada pendopo yang digarap Adi Purnomo, dan telah di-review oleh majalah internasional asal Belanda. Pendopo yang juga menjadi destinasi wisata itu dikonsep hijau dengan bunker, sehingga banyak yang menyebutnya sebagai ”Bukit Teletubbies”.

Ada pula Taman Blambangan yang digarap Adi Purnomo sebagai ruang publik tempat masyarakat bercengkerama. Yori Antar juga merancang shelter-shelter menuju kawasan Gunung Ijen. Kemudian Stadion Diponegoro dengan dengan siluet penari Gandrung dikerjakan Budi Pradono.

”Dan masih banyak lagi bangunan lain berarsitektur khas budaya lokal, mulai gedung olahraga, sentra kuliner pasar tradisional, destinasi, hingga sejumlah ruang terbuka hijau,” jelas Mujiono.

(MH/ES)
  1. Seni dan Budaya
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA