Mereka belajar membuat helikopter pakai media kertas.
Merdeka.com, Banyuwangi - Untuk pertama kalinya, Science Film Festival Goethe Institut berkunjung ke Banyuwangi. Kedatangannya untuk memberikan edukasi kepada Anak-anak Banyuwangi, melalui film sains, sekaligus mempraktikkannya.
Pagi itu, ratusan siswa SD Model diajak menonton film bertema sains, sekaligus melakukan praktik ilmiah sesuai yang dilihat dalam film. "Kegiatan ini kerjasama dengan Jerman dan untuk tahun ini mengambil tema material sains," ujar Relawan Goethe Institut, Yolla Hariyanti, Selasa (22/11).
Yolla menambahkan, kegiatan ini sudah berlangsung tujuh tahun secara berturut-turut dengan metode kunjungan ke kota atau kabupaten di Indonesia. "Ada 13 film yang bertemakan sains yang akan diputar sesuai dengan segmentasi mulai dari siswa SD hingga SMA," jelasnya.
Usai menonton film, anak-anak diajak praktik tentang teknologi helikopter, cukup melalui media kertas dan sedotan plastik. "Caranya sederhana hanya dengan kertas yang dibuat seperti lingkaran ada yang besar dan kecil serta sedotan. Lalu diterbangkan dengan cara dilempar," jelas Yolla.
Melalui percobaan tersebut, para siswa bisa mengetahui teknologi dasar helikopter. "Saat diterbangkan, posisi kertas yang lebih besar berada di depan dan itu tadi bisa liat di film," ujarnya.
Selain itu, juga ada percobaan bagaimana cara menggelembungkan balon tanpa harus ditiup. Caranya, menggunakan 3 bahan cair, antara lain minyak, air, dan cuka melalui media botol yang berbeda. Baru kemudian dicampur dengan baking soda.
"Nanti mereka akan tahu bahan mana jika dicampur baking soda bisa menggelembungkan balon," ujarnya.
Salah satu siswa kelas 2 SD Model, Nanda bersama dua rekannya coba praktik maju ke depan. Dia terlihat senang setelah tahu balonnya bisa mengembang tanpa harus ditiup.
"Ini tadi baking soda dicampur cuka balonnya mengembang tanpa perlu ditiup. Keren seperti kayak di film tadi," ujar Nanda senang.
Yolla menambahkan, Science Film Festival Goethe Institut berupaya untuk memberikan ilmu sains dengan lebih menyenangkan dan mudah diterima anak-anak.
"Jadi para siswa bisa mempraktikkan sains dengan lebih fun dengan menggunakan materi yang sangat mudah kita temukan di sekitar. Sistemnya learning by doing. Belajar sains tidak melulu harus di lab kok," ujar Yolla.