"Ini yang pertama warga kami mengikuti upacara. Saya sudah bangga dengan nelayan bisa membuktikan cinta pada tanah air," ujar Slamet.
Merdeka.com, Banyuwangi - Upacara kemerdekaan tidak hanya digelar oleh pemerintah, namun juga semua lapisan masyarakat. Salah satunya, Nelayan Pulau Santen, Kelurahan Karangrejo, Kabupaten Banyuwangi.
Sebagian besar, nelayan Pulau Santen baru pertama kali mengikuti upacara bendera di lingkungannya.
Kali ini untuk yang pertama, mereka membentangkan kain merah putih sepanjang 73 meter di sepanjang pantai Pulau Santen untuk upacara memperingati kemerdekaan ke Indonesia ke 73.
Warga Pulau Santen yang berjumlah 230 Jiwa tinggal di satu pulau kecil yang terbelah sungai. Ketua RT
Pulau Santen, Slamet Effendi menyampaikan, saat upacara berlangsung terdapat 50 nelayan yang ikut serta. Dia bangga dengan warganya, sebagai nelayan rasa cinta tanah air dan kebangsaan sangat tinggi.
"Ini yang pertama warga kami mengikuti upacara. Saya sudah bangga dengan nelayan bisa membuktikan cinta pada tanah air," ujar Slamet saat ditemui usai upacara, Jumat (17/8).
Nelayan Pulau Santen tekenal dengan alat tangkap jaring pukat tarik yang mencari ikan dari pinggir pantai. Saat upacara, para nelayan mengikuti upacara dengan pakaian bebas.
"Saya terharu, saya imbau untuk ikut upacara lewat tahlil dua kali. Kita kan sudah nggak ikut bejuang, tinggal upacara, dan nelayan antusias," jelasnya pria yang juga menjadi nelayan ini.
Upacara dengan bendera sepanjang 73 meter ini, diinisiasi oleh kelompok pemuda dari komunitas pencinta alam Universitas PGRI Banyuwangi (Uniba) dan didukung oleh komunitas Solidaritas Perjuangan, Universitas 17 Agustus 1945, Doodle art, Art Banyuwangi, IPNU, dan Prasasti.
Ketua panitia penyelenggara, Anang Mahmudi mengatakan, bendera sepanjang 73 meter merupakan hasil swadaya beragam komunitas.
"Ide iseng dari kami pemuda pada 5 hari sebelum hari H. Kemudian langsung bikin poster dan video testimoni, karena sebelumnya bendera ini sudah pernah dikibarkan di puncak Gunung Ijen dan Pulau Tabuhan," kata Anang.
Anang bersama teman-temannya, mengetahui Nelayan Pulau Santen sebelumnya tidak pernah memperingati upacara kemerdekaan karena menjadi wilayah pengabdian melalui organisasinya di pencinta alam.