1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Pemkab Banyuwangi fasilitasi pembatik miliki sertifikasi kompetensi

"Batik festival ini kami gelar untuk memicu kreativitas para pembatik. Setelah lima tahun digelar, UMKM batik akhirnya berkembang di Banyuwangi".

Uji kompetensi profesi batik. ©2018 Merdeka.com Reporter : Endang Saputra | Senin, 26 Maret 2018 12:46

Merdeka.com, Banyuwangi - Banyuwangi terus meningkatkan kualitas batik lokal. Salah satunya dengan memfasilitasi para pembatiknya mendapatkan sertifikasi kompetensi profesi batik. Kini, ada 86 pembatik lokal yang telah memperoleh sertifikat kompetensi profesi.

Bupati Banyuwangi Abdulah Azwar Anas mengatakan bahwa sertifikasi pembatik yang didapat lewat uji kompetensi profesi batik ini sangat penting. Adanya sertifikat kompetensi berarti mereka mendapatkan pengakuan keahlian tidak hanya di tingkat nasional bahkan internasional, karena rekom kompetensi ini resmi.

"Dengan mengikuti uji kompetensi ini pembatik didorong meningkatkan kualitas karya batiknya. Mereka bukan hanya bisa bersaing dengan sesama batik tulis di tanah air, tetapi karyanya juga layak untuk ekspor," jelas Anas.

Proses sertifikasi kompetensi ini dilakukan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf RI) bekerjasama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) batik dan Pemkab Banyuwangi. Sebanyak 100 pembatik Banyuwangi telah mengikuti uji kompetensi yang dilaksanakan pada awal Maret 2018 lalu.

Anas menambahkan pihaknya terus mendorong perkembangan batik di daerah. Antara lain lewat event Banyuwangi Batik Festival, yang telah digelar selama lima tahun terakhir.

"Batik festival ini kami gelar untuk memicu kreativitas para pembatik. Setelah lima tahun digelar, UMKM batik akhirnya berkembang di Banyuwangi. Sertifikasi in melengkapi upaya kami untuk terus meningkatkan kualitas pembatik," jelas Anas.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Ketut Kencana mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Bekraf RI dan LSP batik menggelar uji kompetensi. Penilaian kompetensi tersebut mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) profesi batik tahun 2013.

"Uji kompetensi yang digelar awal Maret lalu ini diikuti 100 pembatik lokal. Hasilnya 86 pembatik memenuhi penilaian kriteria dan berhasil memperoleh sertifikat kompetensi profesi," kata Ketut.

Dihubungi secara terpisah, Manajer Sertifikasi LSP Batik, Rodia Syamwil mengatakan pada uji kompetensi ini, pembatik mengikuti sejumlah tahapan penilaian, mulai pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja yang dilakukan dengan praktik langsung dan wawancara. Penilaian dilakukan oleh sepuluh asesor berpengalaman yang juga merupakan praktisi batik dari berbagai daerah di Indonesia.

"Kami benar-benar teliti dalam mengeluarkan rekomendasi kompeten atau belum kompeten karena sertifikat ini adalah pengakuan yang dikeluarkan oleh pemerintah," kata Rodia yang juga Kepala Program Studi Pendidikan Vokasi Universitas Negeri Semarang.

Rodia mengaku mendapatkan pengalaman yang mengesankan saat proses penilaian di Banyuwangi. Menurutnya hampir semua pembatik Banyuwangi memiliki pengetahuan yang luar biasa terhadap jenis-jenis motif batik daerah.

"Disini sangat potensial, karena para pembatik sangat paham dengan karakteristik batik setempat. Setiap saya tanya motif tertentu asal Banyuwangi, mereka menjawabnya dengan cepat dan tepat. Mulai Gajah Uling, Kopi Pecah, Kangkung setingkes, bahkan juga tahu filosofinya masing-masing. Ini sangat menggembirakan, karena praktik di daerah lain sering ditemukan pembatik yang sangat trampil tetapi tidak tahu filosofi motif batik yang mereka kerjakan. Di Banyuwangi beda, mereka juga paham filosofinya," katanya.

(ES/ES)
  1. Abdullah Azwar Anas
  2. Banyuwangi Batik Festival
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA