Pogram SAS, siswa dengan keluarga mampu bisa menyumbangkan dana sukarela untuk biaya pendidikan teman-teman sebayanya yang kurang mampu.
Merdeka.com, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, kembali memperoleh penghargaan Top 12 kategori terbaik Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik, Provinsi Jawa Timur 2016. Khususnya atas program Siswa Asuh Sebaya (SAS) sebagai upaya menumbuhkan rasa solidaritas antar siswa. Gubernur Jawa Timur, Soekarwo memberikan penghargaan tersebut kepada Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Gedung Grahadi, Surabaya, Selasa (6/12).
Melalui pogram SAS, siswa dengan keluarga mampu bisa menyumbangkan dana sukarela untuk biaya pendidikan teman-teman sebayanya yang kurang mampu. Sejak diterapkan sejak tahun 2011, program SAS ini sudah berhasil menghimpun dana sukarela sebesar Rp 12 miliar. “Tidak semua permasalahan pendidikan mampu ditangani oleh pemerintah daerah. Program SAS menjadi salah satu solusi untuk mengatasi keterbatasan tangan pemerintah dalam membiayai pendidikan masyarakat,” kata Anas.
Dana yang sudah dihimpun melalui program SAS, diberikan kepada siswa kurang mampu tanpa prosedur berbelit dan diharuskan tepat sasaran. Pemantauannya bisa langsung dilihat melalui situs www.pendidikan.banyuwangikab.go.id. “Laporannya juga transparan. Dana SAS yang dihimpun tiap sekolah dilaporkan kepada Dinas pendidikan setiap bulan secara online," jelas Anas.
Program SAS kata Anas, diikuti oleh seluruh pendidikan tingkat SD, SMP dan SMA se- Banyuwangi dengan total 911 sekolah. Setiap minggu, siswa di sekolah menggalang dana secara sukarela untuk membantu temannya yang kurang mampu.
”Ada yang menyumbang Rp 1.000, Rp 2.000, Rp 5.000 semua sukarela. Ini juga cara kami untuk membangun kepedulian dan empati antar siswa. Sebagai modal sosial di antara generasi muda di Banyuwangi. Program ini tujuannya juga memberikan penanaman pendidikan karakter sejak dini bagi anak,” ujarnya.
Pada awal diluncurkan di tahun 2011, total dana SAS yang terkumpul sebanyak Rp 293 juta. Jumlahnya meningkat menjadi Rp 1,05 miliar pada 2012, kemudian melonjak menjadi Rp 2,36 miliar pada 2013. Angka ini naik lagi menjadi 2,56 miliar pada 2014 dan Rp. 2,6 miliar pada 2015. Sedangkan pada tahun 2016 ini hingga awal November dana SAS yang terkumpul sebesar Rp. 1,89 miliar.
“Partisipasi siswa terus meningkat pada program ini. Menunjukkan tingkat kepedulian siswa terhadap rekannya begitu besar," ujarnya.
program tersebut memiliki relevansi dengan kebijakan lain seperti Banyuwangi Cerdas. Sebuah beasiswa dari Pemkab Banyuwangi untuk siswa kurang mampu dan berprestasi agar bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. “Kami juga ada Garda Ampuh (gerakan daerah angkat anak putus sekolah). Anak-anak putus sekolah kami sisir dan kami kembalikan mereka ke bangku sekolah. Selain dibiayai dari pemda, sejumlah kebutuhan mereka juga akan dipenuhi lewat dana SAS,” kata Anas.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Sulihtiono menjelaskan program ini telah bermanfaat untuk 234 ribu siswa dari 911 sekolah se-Banyuwangi. Seperti untuk kebutuhan membayar les belajar, membeli seragam dan perlengkapan sekolah. Upaya tersebut terbukti bisa menurunkan angka putus sekolah.
"Angka putus sekolah di Banyuwangi terus menurun dari tahun ke tahun. Untuk tingkat SD/MI, angka putus sekolah menurun dari 0,05 persen pada 2011 menjadi 0,03 persen pada 2015," kata dia.
Pada tingkat SMP/MTs, angka putus sekolah mencapai 0,48 persen pada 2011, lalu turun menjadi 0,35 persen pada 2015. Adapun pada level SMA/SMK/MA, angka putus sekolah turun dari 1,01 persen pada 2011 menjadi 0,3 persen pada 2015.