Rektor Umsida, Hidayatullah, mengatakan, dipilihnya Banyuwangi sebagai tempat seminar nasional karena Banyuwangi perkembangan pariwisata pesat.
Merdeka.com, Banyuwangi - Pariwisata Banyuwangi yang berkembang pesat, menarik perhatian akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Surabaya, untuk belajar langsung ke Banyuwangi.
Dosen dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, belajar tentang pengelolaan wisata, selama dua hari, 20 -21 Oktober 2017, di Hotel Ketapang Indah, Banyuwangi, yang digelar oleh Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).
Seminar yang mengambil tema City Branding dan Tourism Policy Based on Cultural Wisdom di Indonesia ini diikuti, 50 dosen dari sejumlah perguruan tinggi di Indonesia dan ratusan mahasiswa FISIP Umsida.
Hadir juga guru besar Universitas Airlangga Surabaya (Unair) Prof Yusuf Irianto, Prof Burhan Bungin dari Universitas 17 Agustus 45 (Untag) Surabaya, serta dari Kementerian Pariwisata.
Rektor Umsida, Hidayatullah, mengatakan, dipilihnya Banyuwangi sebagai tempat seminar nasional karena Banyuwangi perkembangan pariwisata sangat pesat.
“Kita bisa lihat dengan nyata di sini, Banyuwangi salah satu daerah yang bisa mengembangkan pariwisatanya sangat pesat. Dengan berada di sini, harapan kami peserta bisa terinspirasi untuk lakukan branding langsung ke tempat masing-masing, seperti yang dilakukan Banyuwangi,” kata Hidayatullah.
Hidayatullah mengatakan, Banyuwangi merupakan daerah yang memiliki prospek tinggi dalam bidang pariwisata. Selain itu, juga mempunyai kinerja pembangunan yang cukup baik. “Ini bisa jadi obyek yang pas untuk pengembangan dan penelitian,” katanya.
Selain itu Umsida juga melakukan Memorandum of Understanding (MoU) bersama Pemkab Banyuwang, tentang pendidikan, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat, kolaborasi riset, teknologi, dan kompetensi pengembangan sumber daya manusia.
“Kami juga akan MoU untuk riset di Banyuwangi. Sehingga kami tidak hanya mendapat dukungan tetapi juga memberikan sumbangsih kepada Banyuwangi. Tentunya yang sesuai dengan bidang kami, yakni ekonomi kreatif yang dibungkus keagamaan dan koridor Islam,” kata Hidayatullah.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas via facetime mengucapkan, terima kasih atas Umsida dan yang menggelar pertemuan skala nasional di Banyuwangi. Saat ini, Banyuwangi mengembangkan wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) untuk melengkapi wisata alam dan budaya yang telah dikembangkan.
Anas mengatakan, sektor MICE sudah saatnya dilirik mengingat potensinya yang sangat besar. Sektor MICE memiliki multiplier effect, mulai dari event organizer, katering, transportasi, properti, hotel, UMKM suvenir, florist, pelaku kesenian, hingga biro perjalanan wisata.
”Orang sepertinya cuma rapat atau seminar, tapi perputaran ekonominya gede banget. Hampir tiap tiga bulan, BUMN/swasta dan instansi pemerintah bikin rapat yang selama ini tersedot ke Bali, Jakarta, Surabaya saja. Maka Banyuwangi membidiknya. Alhamdulillah, kian banyak BUMN, swasta, kementerian yang bikin acara di sini,” kata Anas.
Dengan penerbangan langsung dari Jakarta dan Surabaya, dua kota terbesar di Indonesia, Banyuwangi bisa lebih mudah menggaet calon wisatawan MICE. ”Tentu harga di Banyuwangi lebih kompetitif ketimbang Bali dan Surabaya. Itu salah satu keunggulan,” ujarnya.
Anas mengatakan, jadi kepala daerah tidak bisa hanya duduk di meja, tetapi harus bisa memasarkan dearah, karena ketika daerah banyak orang datang ada investasi, maka ekonomi kami akan bergerak.
Apalagi saat di tengah perkembangan teknologi, persaingan antara daerah dan juga antar organisasi bisnis begitu luar biasa. Apabila Banyuwangi tidak mengambil langkah-langkah inovasi baru Banyuwangi akan cukup berat. Oleh karena itu seminar dan kerja samanya dapat membawa manfaat,” kata Anas.
Anas mengatakan sampai saat ini, Banyuwangi terus mendorong sektor-sektor kreatif yang berbasis desa dan anak muda. Ini terus dikembangkan karena akan menjadi andalan, dan elemen penting bagi Banyuwangi selain sektor pertanian atau yang lainnya.
Program lainnya, Banyuwangi sedang menuntaskan terobosan sarjana masuk desa. Selama ini yang menjadi persoalan ketertinggalan desa bukan hanya keterlambatan transfer dana desa, ada hal banyak laintetapi . Karena ini kami membuat program pengiriman inovator-inovator ke desa, anak-anak hebat fresh baru lulus, kita tempatkan sarjana-sarjan tersebut ke desa.
“Sekiranya ada mahasiswa hebat dari Umsida silahkan untuk ikut program kami,” kata Bupati.