1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Sambungan listrik dan sinyal 4G sudah dirasakan di Kawah Ijen

Penandatanganan berkas kerjasama antara Telkom Group dan BBKSDA Jatim sebagai pemilik lahan telah dilaksanakan awal September 2018.

Puncak Ijen / Ahmad Suudi. ©2018 Merdeka.com Editor : Endang Saputra | Minggu, 21 Oktober 2018 12:42

Merdeka.com, Banyuwangi - Budi Raharjo yang seorang dokter tak menyangka asma yang lama dideritanya kembali menyerang saat dirinya hendak menikmati indahnya blue fire Kawah Ijen yang telah mendunia. Mantan pimpinan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soebandi Jember itu sempat dibawa ke Paltuding tempat parkir kendaraan Gunung Ijen, lalu turun ke Puskesmas Licin untuk mendapatkan pertolongan, namun akhirnya dinyatakan meninggal dunia, Minggu (12/10/2017).

Setahun sebelumnya I Putu Deni Krosiawan (20) seorang mahasiswa asal Jembrana, Bali, juga meninggal dunia di puncak Ijen diduga karena kurang istirahat. Oci sapaannya, yang telah menaklukkan semua gunung di Pulau Dewata dan naik Ijen 7 kali pun tak luput dari gangguan kesehatan saat badan terlalu lelah dan menghirup asap belerang Ijen.

Pertolongan untuk wisatawan yang mengalami gangguan kesehatan di Taman Wisata Alam (TWA) Ijen saat itu lambat karena tak ada sambungan komunikasi ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Sambungan telepon kabel, sinyal seluler, maupun listrik tidak tersedia, padahal mayoritas wisatawan datang ke Ijen tengah malam agar bisa melihat pesona api biru abadi Ijen.

Tak alang hadirnya 2 Base Transceiver Station (BTS) di Paltuding dan bibir kawah menjadi kabar menyenangkan bagi pelaku wisata karena koordinasi pertolongan pada wisatawan yang sakit akan semakin cepat. Salah satunya Fiqi Randi, pemandu wisata yang berpendapat sinyal seluler sangat dibutuhkan karena komunikasi radio hanya tersedia di dua titik pendakian.

Fiqi yang biasa naik Ijen 5 kali per minggu itu mengatakan, meski tower BTS di bibir kawah Ijen mengurangi keindahan alam, tetap saja bermanfaat untuk menunjang keselamatan wisatawan. Dia menceritakan pernah menghadapi kondisi darurat seorang wisatawan sesak nafas di puncak, sehingga dia harus turun dulu untuk mencari bantuan, dan butuh waktu lama untuk mendapatkan pertolongan.

"Selama ini kesulitannya kan itu. Kalau komunikasi nyambung dengan petugas di Paltuding seperti sekarang, saat amergency bisa minta bantuan dikirim motor untuk evakuasi cepat. Wisatawan sekarang juga bisa video call dengan keluarganya dari kawah Ijen,"katanya, Minggu (21/10).

Begitu juga menurut Zessy Irama, pemandu wisata lepas yang mengaku terbantu dengan adanya sinyal 4G di puncak Ijen. Dia jadi bisa berkoordinasi dengan sopir yang menunggu di Paltuding agar menangani tamu yang turun duluan, juga mengabari tim yang mempersiapkan akomodasi hotel untuk tamu-tamunya itu.

"Lebih diutamakan untuk berkoordinasi dengan teman-teman satu tim. Tapi sesekali saya gunakan untuk update media sosial," kata Zessy.

Manajer Sekretariat dan Humas Telkom Regional V Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara, Ivone Andayani mengatakan, jaringan 4G telah bisa dinikmati pelanggan Telkomsel di Puncak Ijen. Penandatanganan berkas kerjasama antara Telkom Group dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur sebagai pemilik lahan telah dilaksanakan awal September 2018.

"Kami berusaha memudahkan wisatawan asing maupun wisatawan nasional agar tetap bisa berkomunikasi meski sedang berlibur menikmati keindahan Kawah Ijen," kata dia.

Kepala BBKSDA Jawa Timur Nandang Prihadi mengatakan, pembangunan BTS itu juga sebagai persiapan penyambutan peserta International Monetary Fund - World Bank Annual Meeting (IMF-WB AM) 2018 yang digelar di Bali. Mereka ditawarkan untuk berlibur ke sejumlah destinasi unggulan, di antaranya Taman Nasional (TN) Alas Purwo Banyuwangi dan TWA Ijen.

Aliran listrik juga telah tersambung dari Bondowoso maupun Banyuwangi, yang digunakan untuk 4 titik penerangan termasuk ruang pusat informasi dan sumber daya bagi tower BTS di Paltuding. Selain infrastruktur jalan yang diperlebar, listrik dan sinyal seluler, ada juga tim operasional maupun kedaruratan yang berjaga, meski hingga seminggu setelah IMF-WB AM 2018 ditutup, belum ada pesertanya yang datang ke Ijen.

"Mereka akan naik ke atas, gitu aja. Persiapan yang sudah kita lakukan hanya merapihkan tempat, memasang sign board, papan-papan pemberitahuan," kata Nandang.

Manajer Pemasaran dan Pelayanan Pelanggan PLN Banyuwangi, Didik Hendro Utomo mengatakan, listrik masuk Ijen dari Banyuwangi setelah 383 tiang didirikan dari wilayah perkebunan hingga hutan cagar alam Ijen. Dia mengaku telah mendapatkan izin pendirian tiang-tiang listrik setinggi 13 meter itu di tepi jalan kawasan cagar alam dengan komitmen dilakukan tanpa memotong pohon.

Medium Voltage Twisted Insulated Cable (MVTIC) atau kabel berpilin terbungkus sepanjang 14 kilometer sikrit (KMS) memasok 100 kilo volt ampere (KVA) di Gantasan atau pos istirahat sebelum masuk hutan yang kini jadi destinasi wisata, juga di Paltuding dengan daya yang sama.

"Kita menggunakan kabel MVTIC untuk melindungi jalur listrik dari gangguan ranting-ranting di hutan. Kabel jenis ini juga tidak membahayakan burung yang hinggap atau satwa lain, karena kabel terbungkus sehingga tidak akan membuat mereka kesetrum," kata Didik.

Dia menjelaskan jalur listrik ke Ijen, maupun konsumsi peralatan elektronik 5 hotel berbintang tidak akan mengganggu pasokan listrik untuk kebutuhan 225 ribu masyarakat pelanggan PLN Banyuwangi. Pasalnya daya listrik yang dikonsumsi seluruh konsumen Banyuwangi selama ini masih 60 persen dari daya maksimal yang bisa diberikan PLN.

"Kami sangat mendukung dan antusias akan perkembangan pariwisata maupun investasi di Banyuwangi. Kami masih punya 40 persen daya yang belum terpakai selama ini," katanya.

(ES) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Pariwisata
  2. Infrastruktur
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA