Sebelumnya Anas telah mendapatan penghargaan sebagai Marketer Of The Year 2014. Pada 2015 lalu Banyuwangi juga memperoleh RMA Award.
Merdeka.com, Banyuwangi - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas kembali mendapatkan penghargaan atas prestasinya dalam mempromosikan Banyuwangi hingga menjadi daerah yang diperhitungkan di kancah nasional. Kali ini Anas menyabet Regional Marketeer Award (RMA) 2016.
Penghargaan tersebut diserahkan langsung publisher marketer sekaligus founder MarkPlus Inc. Hermawan Kartajaya kepada Bupati Anas pada acara The 11th MarkPlus Conference 2016, Grand Ballroom, Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (8/12).
Sebelumnya Anas telah mendapatkan penghargaan sebagai Marketer Of The Year 2014. Pada 2015 lalu Banyuwangi juga memperoleh RMA Award sebagai pemenang GOLD Kategori Kabupaten. Penghargaan ini diselenggarakan oleh MarkPlus.Inc
Founder MarkPlus Inc. Hermawan Kartajaya, mengatakan penghargaan RMA 2016 digelar untuk memberikan penghargaan kepada para pejabat publik baik di lingkungan pemerintahan maupun Kementerian dan lembaga dalam melakukan aktivitas pemasaran.
"Tujuan kami ingin memberikan penghargaan kepada para pejabat publik yang selama tahun ini (2016), secara disadari atau tidak, terlihat menonjol dalam menjalankan konsep pemasaran yang baik dan benar," kata Hermawan.
Hermawan melanjutkan, Bupati Anas layak menerima penghargaan ini lantaran ide-ide kreatifnya dinilai mampu menjual daerahnya. Menurut dia, Bupati Anas telah menerapkan prinsip -prinsip marketing tepat dalam mempromosikan Banyuwangi.
"Dulu Banyuwangi hanya dilewati orang-orang yang hendak ke Bali. Tapi sekarang, semua orang membicarakan Banyuwangi. Semua tahu blue fire, Kawah Ijen, dan Pantai Pulau Merah. Ini karena bupatinya kreatif, dan tahu cara menjual potensi daerahnya," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Abdullah Azwar Anas, mengatakan pemasaran daerah adalah hal strategis yang harus dilakukan untuk memajukan daerah. Bahkan, Anas memposisikan dirinya sebagai seorang salesman bagi Banyuwangi.
"Setiap ada kesempatan, saya selalu promosi. Di gadget saya lengkap tersimpan file presentasi data, foto, dan video tentang Banyuwangi. Ketemu orang di bandara, lewat Twitter, forum di mana-mana saya selalu pasarkan Banyuwangi," ujarnya.
Anas mengatakan, Banyuwangi konsisten memasarkan beragam potensi yang dimilikinya, tidak hanya pariwisata, tapi juga potensi hasil-hasil pertanian, perkebunan, kelautan, UMKM dan masih banyak lainnya.
"Semua potensi yang ada di Banyuwangi terus kami dorong untuk bisa maju bersama-sama. Kami juga meminta mulai Sekda, Kepala Dinas, staf Pemkab ikut mempromosikan setiap potensi daerah dengan memanfaatkan media sosial yang dimiliki," kata Anas.
Tidak hanya birokrasi yang dilibatkan untuk mempromosikan Banyuwangi, para kepala desa juga dimotivasi untuk menampilkan keunggulan wilayahnya. Hasilnya pun cukup menggembirakan, saat ini desa-desa di Banyuwangi mulai bangkit dengan berbagai potensi masing-masing. Misalnya Desa Gombengsari yang kini tersohor sebagai desa kopi, Desa Banjar dengan potensi gula arennya dan Desa Jambe Wangi dengan aneka olahan buah keringnya.
"Peran serta desa mempromosikan keunggulannya wilayahnya, menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi kami. Ini membuktikan jika berbagai even promosi yang kami lakukan di tingkat kabupaten menjadi inspirasi bagi pemerintah desa untuk melakukan hal yang sama," tuturnya.
Sementara itu, Banyuwangi terus konsisten melakukan promosi daerah melalui event kreatif bertajuk Banyuwangi Festival. Tahun 2016 ini 53 even digelar sepanjang tahun sebagai cara mengungkit kunjungan wisatawan. Banyak diantara even ini yang mengandalkan kerja sama dengan dunia usaha alias private partnership.
"Ini salah satu cara mengasah lahirnya birokrasi yang punya jiwa entrepreneurship. Dengan anggaran APBD minimal, kita berupaya menghadirkan berbagai event wisata berkelas, seperti International Tour de Banyuwangi Ijen, Jazz Pantai, dan Festival Gandrung Sewu," tuturnya.
"Terjadi perputaran ekonomi yang dinamis selama Banyuwangi Festival. Banyak orang yang datang, menginap di hotel-hotel, makan dan berbelanja oleh-oleh. Dengan berbagai event ini juga menunjukkan kalau Banyuwangi adalah daerah aman untuk daya tarik bagi masuknya investasi," kata Anas.
Hasilnya, sampai 2015, investasi yang masuk di Banyuwangi mencapai Rp 11 triliun, Jika dibandingkan dengan 2010 yang investasinya baru Rp 272 miliar, investasi di Banyuwangi melonjak drastis hampir 1.100 persen.
Kunjungan turis juga terus meningkat. Pada 2015, jumlah turis lokal mencapai 1.926.179 orang, tumbuh 31 persen dibanding 2014 yang sebesar 1.464.948 orang. Adapun turis asing pada 2015 mencapai 46.214 orang, naik 51 persen dari 2014 yang sebanyak 30.681 orang.
Jumlah penduduk miskin pun menurun drastis dari tahun ke tahun. Dari 20,09 persen di tahun 2010, menjadi hanya 9,29 persen di tahun 2014.
Citra Banyuwangi juga mulai bergeser menjadi kabupaten Digital Society di mana 1.900 titik wi-fi telah terpasang di berbagai tempat. Layanan publik juga mulai berbasis teknologi informasi, mulai dari administrasi kependudukan, pendidikan, sampai kesehatan.
"Tahun depan kami akan memperkuat brand Banyuwangi sebagai destinasi ekowisata dan investasi. Sudah ada beberapa strategi yang kami siapkan," kata Anas.