Tidak lolos seleksi BEC, peserta tampil dalam Banyuwangi Ethno Wear

Merdeka.com, Banyuwangi - Pertama kali Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggelar Banyuwangi Ethno Wear. Sebuah ajang yang menampilkan para model karnaval dan desainer yang tidak lolos seleksi pagelaran Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2017.

"Mengakomodir peserta yang enggak bisa ikut BEC, bisa tertampung di sini. Karena BEC kan seleksi, baik talent maupun desainernya," ujar MY Bramuda, Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banyuwangi di Taman Blambangan, Jumat, (10/11).

Bramuda mengatakan, ajang Banyuwangi Ethno Wear diharapkan menjadi pemantik untuk mengawali persiapan BEC yang akan berlangsung besok Sabtu (11/11).

Banyuwangi Ethno Wear kata Bramuda, mengangkat tema lebih santai dengan desain baju casual. "Bisa memilih tema BEC sebelumnya dari yang pertama sampai ke enam. Kemudian dikemas lagi hingga jadi tiga tema utama, yakni Gandrung, Kebo-keboan dan Barong," jelasnya.

Banyuwangi Ethno Wear
© 2017 merdeka.com/Mohammad Ulil Albab

Ajang ini diikuti 120 peserta mulai dari pelajar tingkat TK, SD, sampai SMA. Eza Guntur, salah satu peserta Banyuwangi Ethno Wear kali ini tampil mengenakan desain pakaian dengan tema kebo-keboan. Menariknya,Eza memanfaatkan bahan tanduk kerbau dari matras.

"Memang sengaja memanfaatkan bahan dengan budget terjangkau. Total saya habis Rp 200 ribu desain juga sendiri," jelasnya.

Eza sendiri sudah pernah berkesempatan menjadi peserta BEC dua kali. Dia berharap ajang Banyuwangi Ethno Wear maupun BEC bisa mengangkat tema lebih beragam dan terbuka dengan model desain budaya luar, agar muncul perpaduan.

"Ini saja saya desain kolaborasi dengan kostum anime. Karena kami juga dari komunitas koesplay (komunitas desainer baju anime)," katanya.