Byek merupakan sebuah ungkapan dalam bahasa Osing yang berarti wow.
Merdeka.com, Banyuwangi - Jika Soekarno dalam orasinya menyebut “beri aku sepuluh pemuda maka akan kuguncang dunia”, Banyuwangi memiliki empat pemuda-pemudi yang berkemauan keras untuk melestarikan budaya suku Osing. Anjar, Onky, Akbar, dan Holip mendirikan sebuah komunitas bernama Byek Banyuwangi.
Byek merupakan sebuah ungkapan dalam bahasa Osing yang berarti ‘wow’. Komunitas tersebut berdiri karena keprihatinan mereka terhadap degradasi nilai budaya dan bahasa Osing yang mulai tergerus oleh budaya baru dari luar daerah ataupun luar negeri.
“Keprihatinannya dari anak-anak muda yang kuliah di kota orang. Jakarta, Surabaya, Malang, dan sebagainya, mereka balik ke Banyuwangi pasti membawa bahasa kota orang itu (yang mereka tinggali),” ungkap Anjar kepada merdeka Banyuwangi, Senin (25/4).
Komunitas Byek Banyuwangi mencoba menggali potensi kedaerahan dari sisi budaya, bahasa, kesenian hingga sejarah dalam kemasan yang lebih mudah diterima kalangan muda. Melalui akun Instagram Byek! Banyuwangi, para lare Osing tersebut menularkan kecintaannya akan budaya asli Banyuwangi.
Meski masih berumur satu bulan, Byek Banyuwangi sudah memiliki ribuan followers dalam akun Instagramnya. Hal tersebut menunjukkan antusiasme para pengguna media sosial yang mengapresiasi kreativitas mereka.
Dalam perjalanannya, tak jarang Byek Banyuwangi menemui tantangan dalam berkreativitas. Misalnya saja mengenai munculnya ragam perspektif dalam berbahasa Osing. Akbar mengungkapkan jika satu daerah dengan daerah lain memiliki pelafalan yang berbeda.
“Kadang aku ke Olehsari, ke Kemiren, sesekali ke Alasmalang, itu memang kata-katanya ada yang asing. Kalau di Kemiren cenderung disingkat, misal kata ‘baen’ (saja) itu jadi ‘ben’. Kalau di Bakungan jadi ‘been’. Di Pendarungan Kabat itu ‘beawen’,” ujarnya sambil tertawa.
Untuk mengatasi tantangan yang muncul, komunitas yang memiliki tag-line Ajeg Jejege Basa Osing (bahasa Osing harus kita tegakkan) tersebut seringkali bertukar informasi dengan siapa saja. Termasuk para pelaku budaya di komunitas Banjoewangi Tempo Doeloe.