"Saya dari keluarga kurang mampu, ayah saya nelayan. Alhamdulillah terpilih di tingkat nasional dan bisa membanggakan orang tua".
Merdeka.com, Banyuwangi - Ananda Mikola, siswa SMK 17 Agustus Cluring, yang terpilih menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibra) tingkat nasional, saat ini telah tiba di kampung halamanya, Kabupaten Banyuwangi. Pertama kali tiba di Banyuwangi, Ananda disambut di Lounge Pemkab Banyuwangi oleh Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko.
"Saya bangga karena mewakili Jawa Timur dan bertemu dengan banyak kalangan, perbedaan karakter sifat, tapi meski berbeda tetap satu jua, Bhineka Tunggal Ika," ujar Ananda saat menceritakan pengalamannya di Lounge, Pemkab Banyuwangi, Jumat (24/8).
Ananda terpilih menjadi Paskibra tingkat nasional sebagai pengerek bendera merah putih di barisan pasukan 8. Dia telah mengikuti seleksi dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi hingga nasional.
"Saat tim seleksi datang ke sekolah mencari calon yang sesuai kriteria, saya masih ada di bengkel, kemudian dicari hingga terpilih," kenangnya.
Ananda bukan siswa yang tinggal di kota dan dari sekolah favorit. Dia hanya anak nelayan yang tinggal di pesisir Desa Grajakan, Kecamatan Purwoharjo.
Namun Ananda memiliki kriteria yang dibutuhkan tim seleksi, dengan tinggi tubuhnya yang mencapai 179 centi meter di usianya 16 tahun. Sebelumnya, dia sudah 2 kali mengikuti Paskibraka tingkat kecamatan saat duduk di bangku SMP.
"Saya dari keluarga kurang mampu, ayah saya nelayan. Alhamdulillah terpilih di tingkat nasional dan bisa membanggakan orang tua," katanya.
Saat tingkat kecamatan, Ananda telah lolos dengan seleksi baris berbaris, kesehatan fisik mulai dari mata dan telinga.
"Seleksi kabupaten sedikit berat karena dari seluruh kabupaten. Kemudian seleksi provinsi ada tes pengetahuan mulai Bahasa Inggris, Tetang sejarah kemerdekaan Indonesia, Pancasila dan Paskibra," katanya.
Menangis saat pertama masuk di Istana Negara
Saat pertama kali menginjakan kaki di kantor kepresidenan Istana Negara Indonesia, Ananda Mikola kembali mengingat Ibunya yang meninggal saat sedang menjalani proses seleksi Paskibraka tingkat nasional.
"Pertama masuk istana itu saya menangis, bangga pada diri saya sendiri. Padahal saya orang tidak punya, anak orang nelayan. Setiap saat ingat ibu, saat pengukuhan, apalagi saat jabatan dengan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi)," jelasnya.
Dia lantas menceritakan saat pengukuhan, bertemu dan bersalaman dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara.
Saat itu sebelum menunaikan tugas mengibarkan bendera, semua pasukan Paskibraka dari pasukan 45, 17 dan 8 satu persatu bersalaman dengan Jokowi.
"Ini dari mana? Jawa timur Pak, Jatim mana? Banyuwangi, Pak Anas ya," ujar Ananda mengulang saat berbicara dengan Jokowi.
Selama satu bulan latihan Paskibraka di Jakarta, Ananda sempat ditemani oleh Pakdenya. Sementara Ibu Ananda, meninggal saat dia sedang menjalani seleksi di tingkat provinsi.
"Jadi saya berangkat seleksi meninggalkan Ibu saat sakit. Selama ini Ibu selalu mendukung dan mendoakan," jelasnya.
Ananda mengingat betul saat diundang makan usai seleksi di Surabaya, dia mendapatkan kabar mendadak dari telepon yang mengharuskan segera pulang ke Banyuwangi.
"Setelah seleksi, saya diundang makan-makan sama Dispora, kemudian mendapat telepon kamu harus pulang, ternyata ibu meninggal. Ibu meninggal pukul 3 sore terkena sakit paru, radang dan vertigo," jelas anak sulung dua bersaudara ini. Sementara adiknya, Helen Karkita masih duduk di kelas dua SD.
Meski sedang berduka, Ananda tetap berangkat, melanjutkan cita-citanya dan amanat menjadi pasukan pengibar bendera. Kelak jika sudah selesai, dia ingin masuk dalam pendidikan Akademi Militer (Akmil).
"Paskibraka Nasional memang cita cita dari kecil. Saat kecil saya sering lihat di televisi dan internet, jadi terinspirasi. Akhirnya terwujud, Ibu saya pasti bangga," jelas pria yang hobi bermain surfing ini.
Ananda bersama timnya pasukan 8, telah sukses mengibarkan bendera saat ulang tahun kemerdekaan ke 73. Mulanya dia ditempatkan di pasukan 17, kemudian dipindah lagi di pasukan 8 bertugas sebagai pembentang bendera, hingga akhirnya dipindah lagi sebagai pengerek bendera.
"Saya mulanya tertarik jadi pembentang. Jadi Paskibraka di nasional ditutuntut bisa ditempatkan di segala tempat. Saya bangga, karena pasukan 8 menjadi inti Paskibraka. Dan tidak semua punya kesempatan di posisi itu," jelasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko mengucapkan bangga kepada Ananda yang telah mengharumkan nama daerah. Pihaknya akan memberikan hadiah dan memperhatikan masa depannya.
"Yang penting masa depan, sudah diskusikan dengan Dispendik untuk menjaga aset ini. Prinsipnya orang yang berkualitas harus dapat perhatian," terangnya.
"Selama ini biasanya didominasi orang-orang kota, sekolah favorit. Tapi ini membuktikan semua punya kesempatan yang sama," tambahnya.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Banyuwangi, Wawan Yadmadi menambahkan, Ananda Mikola merupakan putra daerah yang telah menambah daftar perwakilan Paskibraka tingkat nasional. Terkahir Banyuwangi mengirim putra daerah ke nasional sejak 14 tahun silam.
"Dan ini yang masuk bukan anak kaya, kota, siapapun punya kesempatan. Yang bikin bangga, seleksi kabupaten, kota, satu satunya baru Banyuwangi yang seleksi Paskibrakanya bukan anak yang datang ke panitia, tapi tim seleksi yang datang ke sekolah. Panitia dari unsur pemda, TNI, dan dinas," katanya.