Dalam tempo kurang dari empat jam, air yang tercemar limbah tahu menjadi jernih dan tanpa bau setelah dilarutkan serbuk.
Merdeka.com, Banyuwangi - Limbah industri masih menjadi ancaman bagi lingkungan. Tak hanya air yang tercemar, udara juga ikut terkontaminasi bau tak sedap akibat limbah industri. Berawal dari Keresahan itulah dua pelajar SMA Negeri 1 Purwoharjo, Banyuwangi menciptakan serbuk penetralisir limbah.
Serbuk penetralisir limbah yang ditemukan Alif Alfian Surur dan M. Yogie Hendrawan, terbuat dari biji kelor dan kulit pisang kepok. Dari hasil penelitaian kedua pelajar tersebut, biji kelor dan kulit pisang kepok mampu mengurangi kadar polutan serta partikel lumpur akibat limbah industri. Penemuan serbuk jenius ini sudah diuji coba pada limbah tahu.
Menurut Alif yang merupakan siswa kelas XII, pembuatan serbuk ini terinpirasi saat dia berkunjung ke rumah salah satu keluarganya yang juga pemilik home industri pembuat tahu. Alif melihat limbah tahu sangat mengganggu warga sekitar. Dia pun mulai memikirkan cara menetralisir limbah tersebut.
“Bau limbah tahu milik saudara saya ini sangat mengganggu sekali. Inilah awal penelitan karya ilmiah saya itu,” kata Alif saat ditemui di sekolahnya, Selasa (6/9).
Alif juga mengutip data dari kementerian lingkungan hidup menyebutkan, limbah tahu yang diproduksi tiap hari bisa mencapai seribu hingga 4 ribu liter per hari. “Bisa dibayangkan betapa banyaknya jika diakumulasi dalam waktu satu tahun sudah berapa liter?,” ujar dia.
Dari pemikiran ini, Alif mengajak adik kelasnya, Yogie. Keduanya lalu berdiskusi dengan guru biologi mereka, Nurma Hidayat. Alif dan Yogie disarankan mencari studi literatur, maupun jurnal-jurnal di internet yang mengupas tentang masalah penjernihan air.
Upaya mereka membuahkan hasil. Alif dan Yogie menemukan jurnal terbitan Universitas Liechester, Inggris yang mengupas soal manfaat biji kelor. “Dalam jurnal ada sebuah penelitian tentang penggunaan biji kelor (moringa oliefera) yang dapat membunuh bakteri escherichia coli. Dari situ akhirnya kami berpikir untuk menerapkannya pada limbah tahu,” kata Alif.
Keduanya lalu mencari pohon kelor dari kebun warga. Alif dan Yogie yang tergabung dalam ektrakulikuler karya tulis ilmiah di sekolah kemudian melakukan berbagai studi pustaka dan serangkaian eksperimen. Tidak hanya biji kelor yang dijadikan bahan penelitiannya, dengan bimbingan guru biologinya, dua siswa asal Kecamatan Cluring ini kemudian mengkombinasikan biji kelor dengan ekstrak kulit pisang kepok (musa acuminata bilbisiana coli). Kulit pisang didapat dari para pedagang pisang goreng.
“Sengaja kami pilih kulit pisang kepok. Selain karena memiliki kandungan asam karboksilat paling tinggi, juga banyak kita temui pada pedagang pisang goreng. Saya pikir kalau buahnya bisa dimanfaatkan, kenapa kulitnya tidak dimanfaatkan juga,” kata Yogie yang berada di samping Alif dan guru pembimbingnya.
Dari bahan yang didapat secara gratis, mereka kemudian mengekstrak biji kelor dan kulit pisang menjadi serbuk. Dengan metode koagulasi atau flokulasi, serbuk tersebut dilarutkan dalam air yang tercemar limbah tahu. Kemudian diaduk hingga 15 menit. Setelah itu dibiarkan hingga limbahnya mengendap. Hasilnya sungguh luar biasa. Dalam tempo kurang dari empat jam, air yang tercemar limbah tahu menjadi jernih dan tanpa bau.
“Untuk hasil yang maksimal, satu liter limbah air tahu bisa jernih hanya dengan satu gram serbuk (biji kelor dan kulit pisang kepok). Setelah air kembali jernih, sangat aman jika dibuang kembali ke sungai dan sudah tidak berbau lagi,” ujar Yogie.