"Dalam hal ini Banyuwangi sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi baru di timur Pulau Jawa," kata Anas.
Merdeka.com, Banyuwangi - Bandara Banyuwangi kini resmi dikelola PT Angkasa Pura II (Persero) setelah diserahterimakan Kementerian Perhubungan. Penandatanganan serah terima dilakukan Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Agus Santoso dan Dirut AP II Muhammad Awaluddin, Jumat (22/12).
Agus Santoso mengatakan, pemberian hak pengelolaan ke AP II untuk meningkatkan pelayanan pada konsumen penerbangan, terutama untuk mengantispasi tingkat pertumbuhan penumpang dan kargo. "Pengembangan Bandara Banyuwangi yang sudah bagus ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan, karena nanti pasti berdampak ke kesejahteraan ekonomi warga," ujarnya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berterima kasih pada Kemenhub yang terus mendukung pengembangan bandara tersebut. "Atas nama masyarakat Banyuwangi, yang pertama harus saya sampaikan adalah ucapan sejuta terima kasih kepada Kementerian Perhubungan yang sangat luar biasa mendukung pengembangan Bandara Banyuwangi sehingga bisa berkembang sepesat sekarang," katanya.
"Kami terus mendorong pengembangan bandara ini dengan dukungan pemerintah pusat dan provinsi untuk menyukseskan Nawacita Presiden Jokowi terkait pembangunan sentra pertumbuhan ekonomi baru, dalam hal ini Banyuwangi sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi baru di timur Pulau Jawa," imbuh Anas.
Menurut Anas, kemudahan aksesibilitas melalui bandara menjadi salah satu sarana untuk mempercepat laju pembangunan yang dampaknya adalah kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat.
Dirut AP II Awaluddin mengatakan, pihaknya langsung bergerak cepat. BUMN pengelola bandara itu segera memulai pembangunan infrastruktur, terutama perluasan apron hingga 18 ribu m2. "Ini untuk menyambut Banyuwangi sebagai bandara penyangga Bandara Ngurah Rai saat Annual Meeting IMF - World Bank, Oktober 2018. Menteri keuangan dan pejabat dari seluruh dunia akan datang ke Bali, sebagian mendarat di Banyuwangi. Kementerian Pariwisata juga sudah menyiapkan tur wisata yang melibatkan Banyuwangi untuk menyambut ajang tersebut," jelasnya.
Bandara Banyuwangi sendiri mulai beroperasi 2010. Saat ini dalam sehari ada enam frekuensi penerbangan, yaitu tiga kali dari Surabaya dan tiga kali dari Jakarta. Jumlah penumpang di bandara tersebut terus melonjak. Pada 2011, jumlah penumpang baru 7.826 orang per tahun, lalu melonjak hingga 1.339 persen menjadi 112.661 orang pada 2016.
Sejak 2014, dibangun terminal berkonsep hijau pertama di Indonesia dengan konsumsi energi sangat minim karena nyaris tanpa alat pengatur suhu (AC) dan memanfaatkan pencahayaan alami dengan sinar matahari. "Infrastruktur untuk membuka konektivitas antar wilayah sangat penting. Tidak hanya bagi Banyuwangi, tapi juga bagi Jatim, misalnya, ke depan perlu mengoptimalkan Bandara Sumenep dan bandara di Kediri yang sedang dalam proses pembangunan untuk menggerakkan ekonomi Jatim bagian selatan," papar Anas.