Anas menilai dengan industri kreatif berbasis desa, terdapat penciptaan nilai tambah pada produk dan jasa yang dihasilkan masyarakat desa.
Merdeka.com, Banyuwangi - Pemkab Banyuwangi berupaya mendorong pengembangan industri kreatif berbasis desa. Kabupaten di ujung timur Pulau Jawa itu mendapat dukungan dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, dirinya telah berkoordinasi dengan Kepala Bekraf Triawan Munaf. Dari pertemuan tersebut, Bekraf bakal membantu pengembangan industri kreatif di Banyuwangi. Tim Bekraf bakal berkunjung ke Banyuwangi pada 17 September 2016 untuk membahas teknis sinergi.
”Industri kreatif berbasis desa sejalan dengan program Smart Kampung yang dijalankan Banyuwangi. Mengapa berbasis desa? Untuk menumbuhkan kemandirian desa sehingga bisa membawa kesejahteraan. Nantinya pengembangan ekonomi kreatif akan dilakukan di desa-desa pilot project yang telah memiliki potensi yang siap untuk dikembangkan, sambil menyiapkan desa-desa lain untuk dikembangkan,” ujar Anas.
Beberapa desa di Banyuwangi memiliki keunggulan yang menggeliatkan ekonomi rakyat. Nantinya ekonomi kreatif akan semakin mendorong desa untuk fokus mengembangkan potensinya dengan berbagai dukungan intervensi Bekraf.
“Desa Gintangan misalnya fokus ke subsektor industri kreatif kriya bambu, Desa Gombengsari dengan kuliner kopi, Dusun Cangaan di Desa Genteng Wetan fokus ke fashion muslim dan seterusnya,” ujar Anas saat melakukan video call dengan fasilitas LINE dengan jajaran Pemkab Banyuwangi, Kamis (8/9/2016).
Anas sendiri kini sedang menunaikan ibadah haji, sehingga memanfaatkan LINE untuk terus berkoordinasi dengan jajarannya. ”Saya ingin program ini terlaksana baik, manfaatnya besar bagi masyarakat karena langsung berkaitan dengan ekonomi mereka. Terima kasih kepada Bekraf yang melirik Banyuwangi untuk dibantu pengembangannya,” kata Anas.
Anas menambahkan, dengan industri kreatif berbasis desa, terdapat penciptaan nilai tambah pada produk dan jasa yang dihasilkan masyarakat desa. ”Sehingga value-nya besar bagi masyarakat. Misalnya di Desa Gombengsari yang kemarin dilaksanakan Festival Kembang Kopi di sana kan sentra kopi rakyat. Nanti kami dan Bekraf masuk untuk beri nilai tambah, misal dari sisi kemasan, pemasaran, atau event, bahkan bisa jadi ada peluang bikin kerajinan berbasis kopi, batik dengan corak kopi dan sebagainya,” ujar Anas.
Sinergi dengan Bekraf juga bakal dijalin dari sisi penyelenggaraan event tourism lewat Banyuwangi Festival. Bekraf bisa mendukung dari sisi pengembangan kreasi, jaringan dan infrastruktur industri kreatif lainnya.
”Misalnya Asian Hijab Festival, menurut Bekraf bisa dijadikan promosi bagi Banyuwangi untuk penetrasi pasar hijab yang cukup besar di ASEAN. Nanti akan kita hitung jumlah pelaku kreatif di bidang busana muslim Banyuwangi. Bekraf akan membangun pengembangan jaringan pemasarannya, misalnya saja Malaysia selama ini belanja ke Bandung bisa diarahkan ke Banyuwangi,” kata Anas.
Bekraf merumuskan ada 16 subsektor kreatif yaitu fashion, kriya (kerajinan), arsitektur, aplikasi-pengembangan game, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, film, seni pertunjukan, seni rupa, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, televisi dan radio.
Dari 16 subsektor tersebut, Banyuwangi memilih fokus untuk tujuh subsektor saja yaitu fashion, kriya (kerajinan), seni rupa, seni pertunjukan, kuliner, musik dan desain komunikasi visual. Pilihan terhadap enam subsektor tersebut menyesuaikan dengan kebutuhan Banyuwangi dan subsektor yang paling berdampak besar terhadap perekonomian masyarakat.
Untuk fashion, misalnya saat ini industri batik dan busana untuk oleh-oleh sedang bergeliat. Para perajin batik dan produsen busana yang menyasar pasar wisatawan pun bermunculan.
Demikian pula subsektor lain seperti kuliner, di mana Banyuwangi memiliki sejumlah kuliner khas yang banyak diminati seperti rujak soto, pecel pitik, aneka kopi dan olahan buah. “Waktu saya ceritakan kita punya rujak soto, Bekraf langsung mengundang Banyuwangi untuk ikut serta di Festival Soto di Korea bulan Oktober besok,” cetus Anas.
Anas menambahkan, subsektor yang menjadi pendukung subsektor lainnya adalah desain komunikasi visual. Banyuwangi membutuhkan desain komunikasi visual untuk memasarkan produk kreatif yang ada. Di Banyuwangi telah berdiri Rumah Kreatif dengan dukungan salah satu perbankan yang di dalamnya juga berisi fasilitasi desain bagi para UMKM.
”Jika Bekraf turun tangan mengembangkan subsektor desain komunikasi visual tentu pemasaran berbagai produk dan jasa industri kreatif di Banyuwangi bakal kian progresif. Desain komunikasi visual ini penting karena produk bisa bagus, tapi tanpa komunikasi visual yang memadai, dia tak akan laku di pasar,” ujar Anas.