Lewat pariwisata, Banyuwangi ingin membangun daya saing warga.
Merdeka.com, Banyuwangi - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas diundang oleh Komisi X DPR RI untuk membahas pengembangan tata kelola pariwisata guna menyukseskan target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada 2019. Rapat tersebut dihadiri oleh Ketua Komisi X Teuku Riefky Harsya dan jajaran Komisi X.
Anas mengatakan, pengembangan pariwisata yang dilakukan Banyuwangi tak melulu soal promosi dan perputaran ekonomi. Pengembangan pariwisata dijadikan ”payung” bagi pengembangan sektor lainnya, mengingat wisata berkelindan erat dengan banyak sektor kehidupan. "Ibarat menembakkan satu peluru yang bisa membidik empat target sekaligus," kata Anas saat dihubungi.
Mantan anggota DPR itu menambahkan, terdapat tiga hal besar yang bersumber pada kebijakan pengembangan pariwisata di Banyuwangi. Artinya kebijakan pengembagan pariwisata juga sekaligus berdampak pada tiga hal tersebut.
Pertama, konsolidasi infrastruktur. Pariwisata menjadi ”pembuka” bagi peningkatan kualitas infrastruktur. Setiap pengembangan destinasi wisata bisa dipastikan harus diikuti dengan perbaikan infrastruktur, baik itu jalan, jembatan, kelistrikan, teknologi, maupun air bersih di sekitar destinasi. Di Banyuwangi setiap tahun dibangun dan diperbaiki jalan rata-rata sepanjang 300 kilometer, termasuk di daerah yang menjadi destinasi wisata.
Kedua, pariwisata menjadi alat konsolidasi untuk berbagai pengembangan masyarakat. Contohnya berkat pariwisata sanggar-sanggar seni hidup dan anak-anak semakin mencintai seni serta budaya Banyuwangi. Karena diberi ajang luas untuk tampil di hadapan warga dan wisatawan.
Lewat pariwisata, Banyuwangi ingin membangun daya saing warga. Hilir-mudik wisatawan dari luar akan mengasah daya saing dan keinginan untuk senantiasa memenangkan kompetisi dengan jalan meningkatkan kapasitas diri.
"Kami mendorong daya saing warga bukan dengan membicarakan hal-hal yang mungkin jauh dari pikiran warga desa, seperti globalisasi atau ASEAN Economic Community. Dengan pariwisata ada banyak orang luar kota dan luar negeri yang datang. Warga tergerak dengan sendirinya. Mereka sadar bahwa mereka harus pandai dan kompeten agar bisa eksis di tengah kompetisi global," ujarnya.
Hal ketiga adalah penguatan ekonomi. Anas mengatakan, industri pariwisata memiliki dampak pengganda (multiplier effect) yang besar, mulai dari penyerapan tenaga kerja, dampak turunan ke sektor UMKM, penumbuhan wirausahawan baru seperti pembukaan homestay oleh warga dan tumbuhnya profesi pemandu wisata hingga kontribusi ke pajak untuk pembangunan daerah.
Terbukti dalam beberapa tahun terakhir, perekonomian daerah terus menggeliat. PDRB Banyuwangi, yang menunjukkan besaran perekonomian daerah, naik signifikan sebesar 85 persen dari Rp 32,4 triliun (2010) menjadi Rp 60,2 triliun (2015). Adapun pendapatan per kapita warga melonjak 80 persen dari Rp 20,8 juta per tahun pada 2010 menjadi Rp 37,5 juta per tahun pada 2015.
"Itulah mengapa di Banyuwangi, pariwisata disebut sebagai ”payung” bagi pengembangan sektor lainnya. Jadi pariwisata bukan hanya soal penataan destinasi dan mendatangkan turis saja, tapi juga berkaitan dengan konsolidasi budaya, infrastruktur, dan ekonomi," ujar Anas.