"Satu set Radar Maritim terdiri dari dua shelter bangunan berukuran 3 X 3 meter dan satu antena".
Merdeka.com, Banyuwangi - Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur akan mejadi daerah pertama yang memiliki perlengkapan canggih yang berfungsi mendeteksi pergerakan kelautan yaitu Radar Maritim. Bahkan tidak hanya satu set, melainkan dua yang ditempatkan di dekat dermaga Pantai Boom dan Pantai Waru Doyong yang sama-sama menghadap Selat Bali.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi, Supriyono, dalam acara selamatan memulai pembangunan gardu di mana Radar Maritim akan ditempatkan. Untuk memantau kondisi Selat Bali,BMKG Banyuwangi selama ini mengandalkan Automatic Weather Station (AWS) Maritim yang terpasang di Pelabuhan Ketapang sejak tahun 2004.
AWS Maritim mampu mendeteksi 7 unsur potensi bencana di ataranya kecepatan dan arah angin, tekanan udara, suhu, hujan, dan tinggi muka laut. Sedangkan Radar Maritim mampu memberikan informasi kecepatan arus bawah laut, tinggi gelombang dan kecepatan angin.
"Satu set Radar Maritim terdiri dari dua shelter bangunan berukuran 3 X 3 meter dan satu antena. Ini seperti mainan baru bagi kami karena Indonesia belum pernah punya," kata Supriyono yang mengaku dulu ikut memasang
AWS Maritim di Ketapang.
Dia mengaku hanya berperan menguruskan izin di Banyuwangi dan menerima Radar Maritim setelah dipasang. Proses pengadaan perlengkapan yang disertai alat digital pelapor real time itu berjalan di BMKG pusat dan PT Jucindo Utama Mandiri sebagai pelaksananya.
Radar Maritim ditargetkan selesai dipasang September, sebelum gelaran International Monetary Fund (IMF) World Bank (WB) Annual Meeting di Bali Oktober 2018. Selain di Banyuwangi, dalam waktu yang sama, akan dipasang alat serupa di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Barat.
"Alat ini bisa mendeteksi pusaran air di dalam laut, di sana biasanya banyak plankton, akan banyak ikan juga yang memburu plankton. Maka alat itu bisa membantu nelayan menginformasikan perkiraan lokasi ikan-ikan berkumpul," kata Supriyono.
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan pihaknya tengah melakukan pengadaan sejumlah alat deteksi bencana, saat berkunjung ke Banyuwangi, Jumat (11/5). Selain Radar Maritim ada Automatic Weather Observation System (Awos) yang akan dipasang di Bandara Internasional Djuanda Surabaya dan Bandara Internasional Ngurah Rai Bali.
Selanjutnya Client Radar, alat untuk meningkatkan akurasi prakiraan cuaca dipasang di stasiun BMKG Labuhan Bajo, Banyuwangi dan Denpasar. Terakhir Lidar (Light Detection and Ranging) yang berfungsi mendeteksi sebaran partikel di udara yang dipasang di Bandara Internasional Ngurah Rai dan Bandara Banyuwangi.
Belanja keseluruhan peralatan deteksi bencana tersebut dianggarkan sebesar Rp 101 miliar. Dwikorita menjelaskan, perlengkapan tidak hanya dipakai untuk menyambut tamu IMF WB saja, melainkan terus dipakai untuk kepentingan umum di Banyuwangi dan daerah pemasangan lain.
"Ini merupakan komitmen BMKG, pertama untuk mendukung suksesnya acara Annual Meeting IMF World Bank. Juga untuk keselamatan publik, tidak untuk IMF itu saja. Setelah acara IMF alat itu tetap di sini. Itu permanen," katanya.