1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Di bibir pantai, Anas bahas pendidikan dalam agenda Musrenbang

Di hadapan puluhan camat, Anas meyakinkan bahwa pendidikan penting karena bisa membawa kemajuan bagi semua sektor.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Pantai Bangsri. ©2017 Merdeka.com Reporter : Farah Fuadona | Kamis, 16 Februari 2017 13:49

Merdeka.com, Banyuwangi - Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) di tingkat kecamatan se-Banyuwangi resmi di buka di Pantai Blimbingsari. Pertemuan yang dilakukan di ruang terbuka ini sengaja dipilih guna merefreshkan pikiran perangkat desa yang sehari-hari biasa bekerja di dalam ruangan.

Dalam pemaparannya Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas fokus mengangkat isu kemiskinan dan pendidikan di Banyuwangi, Kamis (16/2). Agar lebih mudah dipantau Pemkab Banyuwangi membagi menjadi empat rayon kondisi kemiskinan dan pendidikan di Banyuwangi.

Rayon pertama memiliki kondisi pendidikan baik dan kemiskinan rendah, terdiri dari kecamatan:
1. Sempu
2. Genteng
3. Cluring
4. Srono
5. Purwoharjo
6. Giri
7. Tegalsari

Rayon kedua kondisi pendidikan baik dan kemiskinan tinggi, terdiri dari kecamatan:
1. Kabat
2. Siliragung
3. Songgon
4. Licin
5. Pesanggaran
6. Glenmore
7. Bangorejo

Rayon ketiga memiliki kondisi pendidikan rendah dan kemiskinan rendah, terdiri dari kecamatan:
1. Glagah
2. Tegaldlimo
3. Banyuwangi

Dan terakhir rayon empat dengan kondisi pendidikan rendah dan kemiskinan tinggi, terdiri dari Kecamatan:
1. Gambiran
2. Kalipuro
3. Muncar
4. Kalibaru
5. Wongsorejo
6. Singojuruh

Untuk mengentaskan masalah pendidikan dan kemiskinan Pemkab Banyuwangi fokus membangun infrastruktur dan jaringan serta mengelola sumber daya dengan pelatihan-pelatihan di tingkat desa dan sekolah kejuruan.

"Kami memiliki banyak program untuk mengentaskan kemiskinan dalam pendidikan, yaitu Siswa Asuh Sebaya, Banyuwangi Mengajar dan Garda Ampuh yang bertugas mencari anak putus sekolah," ujar Anas.

Menariknya walau tingkat kemiskinan di Banyuwangi menurun menjadi 9,17 persen pada 2015. Tidak lantas membuat siswa yang putus sekolah menjadi berkurang. Ini dikarenakan faktor siswa putus sekolah tidak hanya terjadi karena faktor ekonomi saja namun terdapat faktor lain seperti konflik dalam keluarga, usaha orangtua yang mengalami kebangkrutan dan faktor eksternal lainnya.

"Inilah pekerjaan rumah kita bersama antara perangkat desa, pihak sekolah dan masyarakat untuk saling peduli dan memetakan kebutuhan  yang tepat demi kemajuan bersama," kata Anas.

(FF/FF)
  1. Pendidikan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA