1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Dinkes Banyuwangi sarankan kepada penderita TB untuk berobat ke Puskesmas

Sekitar 481 penderita TB di Bumi Blambangan tidak berobat ke pusat kesehatan masyarakat ataupun rumah sakit.

Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko. ©2018 Merdeka.com Editor : Endang Saputra | Rabu, 28 Maret 2018 16:11

Merdeka.com, Banyuwangi - Catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi menyebutkan telah ada 2.169 orang penderita penyakit tuberkulosis (TB) yang berobat per tahun. Namun dengan perhitungan proporsi, diperkirakan kasus yang sebenarnya ada sebanyak 2.650.

Hal ini menunjukkan sekitar 481 penderita TB di Bumi Blambangan tidak berobat ke pusat kesehatan masyarakat ataupun rumah sakit. Padahal risiko penularan TB dari penderita yang tidak berobat lebih besar daripada yang sudah berobat.

"Penyebaran melalui kuman mycobacterium tuberculosis, tetapi kalau sudah diobati meskipun belum sampai sembuh, misal sudah berobat selama 2 bulan, insyaallah sudah tidak menular," kata Kepala Dinkes Banyuwangi, dr Widji Lestariono, setelah acara hari TB Dunia di Banyuwangi, Rabu (28/3).

Melalui berbagai media seperti banner atau poster, Rio, sapaan dr Widji Lestariono, mengatakan pihaknya telah menyosialisasikan pengobatan dan pencegahan penularan TB. Dia menyarankan agar masyarakat tidak malas memeriksakan diri dan berobat ke puskesmas, karena akan dilayani secara gratis.

Sementara itu, Supriadi Subekti selaku penyelenggara acara dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Banyuwangi mengatakan pihaknya tengah membangun kerjasama dengan Kepolisian Resor (Polres) Banyuwangi dan TNI-AD Kodim 0825 Banyuwangi. Dalam acara peringatan hari TB Dunia di gedung PPNI Banyuwangi itu dijabarkan peran Babinsa dan Babinkamtibmas dalam menangani TB di wilayah masing-masing.

"Diharapkan bisa memotivasi, menggerakkan masyarakat, kalau saat mereka menjalankan tugas di lapangan menemukan gejala-gejala TB, di antaranya batuk lebih dari 2 minggu, kemudian demam, berkeringat dingin pada malam hari. Kami minta untuk melaporkan kepada puskesmas pembantu, puskesmas atau perawat yang melakukan tugas di sekitar wilayah tersebut," kata Supriadi.

Potensi perkembangan TB sendiri lebih tinggi di wilayah perkotaan dan padat penduduk. Perilaku penderita TB yang malas berobat, tidak menggunakan masker, atau meludah sembarangan juga meningkatkan risiko penularan TB.

Pengobatan TB minimal harus dilakukan selama 6 bulan, sedangkan sering kali 2 atau 3 bulan, pasien sudah drop out atau menghentikan pengobatan. Ludah mereka juga harus dikelola, misal meludah ke tempat yang terkena sinar Matahari agar kuman tidak berkembang.

"Pengidap TB kalau berludah sebaiknya ditampung, pot, kaleng atau apa yang dikasih antiseptik atau pasir," kata Supriadi.

Hari TB Dunia jatuh pada Sabtu (24/3), PPNI Banyuwangi memperingatinya hari ini, Rabu (28/3), dengan kemasan acara seminar tentang TB. Babinsa dan Babinkamtibmas dirangkul karena memiliki power untuk menggerakkan masyarakat peduli pada risiko penularan TB.

Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko yang hadir dalam acara itu juga berpesan pentingnya sosialisasi kepada masyarakat secara terus-menerus. Dia mengapresiasi langkah PPNI Banyuwangi yang peduli akan angka TB di Banyuwangi.

"Pemahaman masyarakat terhadap penyakit TB ini perlu ditingkatkan. Seminar seperti ini sangat perlu untuk meningkatkan kinerja petugas kesehatan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat," katanya.

 

(ES) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Info Banyuwangi
  2. Kesehatan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA