1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Organisasi Systemiq bantu penguraian 48 ton sampah per hari di Muncar

"Bumdes yang akan menjalankan. Kami bisa memberikan bantuan pemilah sampah, komposter atau alat pencacah".

Joi Danielson, Program Director, Ocean Plastics Asia. ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Rabu, 28 Maret 2018 16:29

Merdeka.com, Banyuwangi - Organisasi Lingkungan Hidup Systemiq yang berkantor di Jerman dan Inggris telah melakukan survei terkait jenis dan volume sampah selama 6 bulan di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi. Hasilnya, ada 48 ton sampah tiap hari yang terkumpul di Muncar.

Joi Danielson, Program Director, Ocean Plastics Asia mengatakan, hasil studi tersebut digunakan untuk memetakan model yang tepat untuk pengelolaan sampah.

Pihaknya, menggandeng Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk membuat Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) di Muncar untuk pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan bernilai ekonomis.

"Bumdes yang akan menjalankan. Kami bisa memberikan bantuan pemilah sampah, komposter atau alat pencacah. Dan kami tidak mengambil keuntungan satu persen pun," kata Joi bersama tim-nya saat berkordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyuwangi di Kantor Pemkab, Rabu (28/3).

Persoalan mendasar di Muncar saat ini, kata Joi, dari 48 ton sampah per harinya, sebagian besar masyarakat membuang sampah ke sungai dan laut. Sisanya 21 persen dibakar dan dikumpulkan melalui Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST).

"Hasil studi yang kami lakukan, sampah di Muncar 75 persen itu organik. 13 persen plastik, 12 persen, logam, beling, sisanya sampah sanitary seperti popok, pembalut," ungkapnya.

Sebagian besar, sampah yang dibuang ke sungai dan tertampung di pantai, berasal dari limbah rumah tangga. 50 persen merupakan sampah tekstil, sementara sampah plastik yang mulai hancur sebanyak 258 ton.

Sementara saat ini, masih ada 1 unit TPST di Muncar dari 10 desa yang ada. Sementara model penimbunan juga dinilai tidak menyelesaikan persoalan.

Dari situ, pihaknya akan membuat opsi yang sesuai untuk pengelolaan sampah, sekaligus edukasi dan membuat manajemen keuangan pekerja pengelola sampah.

Tingginya proporsi sampah organik, Systemiq menawarkan ada model antara pengelolaan pupuk kompos, membudidayakan pakan ternak Black Soldier Fly, dan untuk biogas.

"Untuk biogas, butuh investasi, Rp 13-15 miliar. Tetapi kami butuh kepastian, apakah bisa dikelola secara berkelanjutan. Karena belum ada contoh skala besar yang berhasil," jelasnya.

Saat ini, pihaknya juga butuh edukasi bersama terkait pemilahan sampah rumah tangga, antara organik dan yang anorganik untuk menjaga nilai ekonomisnya. Selama ini, sampah di Muncar masih tercampur aduk.

"Dalam studi kami, ada pelaku pengumpul sampah, pemulung. Dari 48 ton, sudah mengambil sampah bernilai tinggi hingga 8 ton per hari, seperti botol mineral, sisanya hanya tinggal sampah plastik bernilai rendah," kata dia.

Dari perhitungan kasarnya, per tahun, nilai ekonomis sampah di Muncar bisa mencapai Rp 4,128 miliar. Sementara bila tidak dipilah hanya bernilai Rp 2,75 miliar per tahun.

"Sampah bersih, yang sudah terpilah dari rumah tangga, nilainya tinggi, tapi ketika tercampur kotor, nilainya bisa turun sampai 50 persen," jelasnya.

Sementara itu, Kepala DLH Banyuwangi, Chusnul Khotimah menyampaikan, kerjasama ini pihaknya bersama Systemiq bakal memberi pendampingan dan edukasi ke masyarakat terkait pengelolaan dan pemilahan sampah.

"Kalau Muncar sudah tergerak, tempat lain kami harapkan juga demikian. Ini akan jadi percontohan terbaik di Indonesia, sekaligus contoh penanganan sampah laut di Asia," jelasnya.

Dia juga menargetkan ada 4 TPST di Muncar. Satu sudah ada di Desa Tembokrejo, kemudian di Desa Kedungrejo, Desa Sumbersewu dan Kedungringin.

"Tiap TPST, bisa menampung 4 kluster dari desa yang berbeda, masing-masing ada 15 ribu ton per kluster," katanya.

(ES/MUA)
  1. Info Kota
  2. Kebersihan
  3. Lingkungan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA