1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Gas beracun di Gunung Ijen, wisatawan di Banyuwangi beralih ke destinasi lain

Wisatawan yang datang ke Banyuwangi masih stabil. Ada 10 destinasi wisata yang diunggulkan di Banyuwangi, selain Gunung Ijen.

Petani kopi . ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Rabu, 28 Maret 2018 14:24

Merdeka.com, Banyuwangi - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Banyuwangi mencatat ada sekitar 1.000-2.000 wisatawan domestik dan mancanegara yang naik ke Ijen setiap akhir pekan. Sementara sudah sepekan, sejak Rabu (21/3) pendakian ditutup karena terjadi peningkatan kadar gas beracun di kawah Gunung Ijen.

"Per hari sekitar 1.000, akhir pekan itu bisa sampai dia tas 2.000. Tetapi orang ke Banyuwangi tidak hanya ke Ijen. Karena waktu kunjungan malam sampai jam 7 pagi, untuk momen blue fire," ujar Kepala Disbudpar, MY Bramuda, Rabu (28/3).

Bramuda juga masih optimis, dengan status ditutupnya pendakian ke Gunung Ijen, wisatawan yang datang ke Banyuwangi masih stabil. Pihaknya telah menyiapkan 10 destinasi wisata yang diunggulkan di Banyuwangi, selain Gunung Ijen.

"Ada 10 destinasi unggulan yang kita siapkan selain Ijen. Bisa mengeksplor kekayan lain selain Ijen. Bisa ke Teluk Ijo, Sukamade, Alas Purwo bisa melihat satwa di sana. Bagian utara bisa ke Bangsring Underwater, dan Menjangan, Kaliklatak untuk eksplor kopi dan perkebunan," jelasnya.

Hingga saat ini, status Gunung Ijen masih ditutup sampai dengan batas waktu yang belum ditentukan. Peristiwa meningkatnya gas beracun di Ijen kata Bramuda, tidak hanya sekali terjadi, namun setiap tahun saat intensitas hujan meningkat.

"Setiap hari kami mengupdate informasi Ijen, kejadian ini bukan hanya sekali ini. Ijen naik dan turun (kadar gasnya) sudah biasa," jelasnya.

Hanya saja, tahun ini gas karbon monoksida yang keluar dari rekahan air kawah terbawa aliran ke sungai Kali Pait, di Kabupaten Bondowoso, sehingga membuat puluhan warga sempat dilarikan ke Puskesmas dan rumah sakit.

"Problem ada gas beracun yang keluar dari bawaan air kawah, itu yang pengaruh. Tetapi dampak di Banyuwangi tidak ada," kata dia.

Selama ini, kata Bramuda, standar pendakian di Ijen memang harus sesuai hasil koordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA), sehingga bisa berjalan dengan aman.

"Para travel agen kami juga sudah profesional. Dan saat ini, kami minta seluruh travel agent untuk mengarahkan ke tempat destinasi lain," ungkapnya.

Selama Gunung Ijen ditutup, salah satu pemandu wisata, Billy Nugroho, sempat mendaki di hari terkahir sebelum status pendakian ditutup. Saat ini, dia juga telah berkoordinasi dengan travel agent di Bali untuk memberi tahu dan mengarahkan ke destinasi wisata lain.

"Selama Ijen ditutup wisatawan kami arahkan ke Sukamade, dan Bromo, itu alternatif yang masih mereka inginkan. Terakhir saya naik ke Ijen mengantar tamu, saat statusnya mau naik," kata dia.

Selain itu, Imam, pengelola wisata kebun kopi Omah Kopi, di Telemung, Kecamatan Kalipuro pada pekan ini juga menerima beberapa tamu yang batal ke Gunung Ijen dan diarahkan ke wisata yang dia kelola.

"Kemarin ada 7 bule dari Amerika yang datang ke sini untuk menikmati kopi sambil paket panen, sangrai sampai seduh di sini. Mereka dialihkan ke sini karena tidak bisa ke Ijen," katanya.

(ES/MUA)
  1. Wisata Pantai
  2. Pertanian
  3. Pariwisata
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA