1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Edukasi Kopi Yang Berkembang Dari Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi

"Harapan saya bisa muncul barista-barista cilik dan enterpreneur kopi unggulan di kalangan anak-anak Banyuwangi," kata Anas.

Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi. ©2018 Merdeka.com Editor : Endang Saputra | Senin, 12 November 2018 17:20

Merdeka.com, Banyuwangi - Edukasi mengenai kopi dikembangkan dalam Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi tahun ini. Tidak hanya menyeruput kopi hitam asli gilingan sendiri, pos-pos edukasi disediakan untuk menambah pengetahuan pengunjung mengenai kopi.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dalam acara itu mengatakan, edukasi kopi akan dikembangkan di sekolah-sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) yang lokasinya berada di sekitar kebun kopi. Di antara kecamatan yang memiliki kebun kopi adalah Glagah, Licin, Kalipuro dan Kalibaru.

Dia menjelaskan pelaksanaannya dimulai tahun ini sampai 2019, dengan mengintegrasikan UMKM dengan Dinas Pendidikan, untuk menggelar ekstrakurikuler pengolahan kopi di sekolah-sekolah itu. Peserta-peserta didik yang mayoritas orang tuanya petani kopi itu akan belajar memahami penanaman hingga penyajian kopi yang nyaman diminum.

"Harapan saya bisa muncul barista-barista cilik dan enterpreneur kopi unggulan di kalangan anak-anak Banyuwangi," kata Anas, Sabtu (10/11).

Desa Kemiren dipilih sebagai tempat gelaran Festival Ngopi Sepuluh Ewu karena kebudayaan ngopi telah tumbuh di kalangan masyarakat. Gagasan konsep festival itu juga tumbuh dari bawah yang diusulkan naik ke Pemkab Banyuwangi.

"Mungkin kami bisa gelar sekali dua kali, tapi Kemiren salah satu yang melestarikan kebudayaan suguhan kopi untuk para tamu," kata dia.

Hal serupa dijelaskan Dzikri Wahyu Pramana Putra, anggota karang taruna desa yang masuk dalam jajaran kepanitiaan acara. Dia mengatakan masyarakat Kemiren terbiasa mendahulukan suguhan kopi kepada tamu dan dihidangkan secepat-cepatnya.

"Kebiasaan masyarakat Kemiren kalau ada tamu, yang pertama disuguhkan adalah kopi. Tujuan diadakan festival untuk menyambung silaturahmi," kata Dzikri.

Selain itu pihaknya juga ingin mengenalkan kopi Banyuwangi yang memiliki keunikan karena pohonnya ditanam di area dekat laut sekaligus gunung yang menebar udara mengandung sulfur. Tahun ke 6 ini bertemakan edukasi dengan menghadirkan 2 pos edukasi kopi.

Pos pertama berupa tempat edukasi sangrai dan seduh yang bisa menjadi tempat belajar pengunjung mengenai kopi. Pos kedua berupa stand baca dimana telah disediakan buku-buku dan bangku tempat membaca sambil ngopi.

"Stand diberi nama pos Konco Ngopay karena memang kopi bisa jadi teman baca buku," kata Dzikri.

Pihaknya telah membagikan kopi bubuk murni kepada 120 keluarga di Desa Kemiren, masing-masing 3 ons. Masing-masing warga meletakkan satu set meja dan kursi di depan rumah masing-masing untuk menyambut tamu dan menghidangkan kopi gratis. Beberapa juga menjual kudapan khas Osing seperti kucur, cenil hingga makanan berat seperti pecel pitik.

Setiap rumah tangga pasti memiliki selusin cangkir kopi dengan bentuk, gambar dan warna yang sama, sehingga sedesa bisa menyediakan lebih dari 10 ribu cangkir kopi sesuai dengan judul Ngopi Sepuluh Ewu.

"Pengunjung datang dan duduk di kursi depan masing-masing rumah, ngobrol dengan tuan rumah sambil menikmati kopi gratis," katanya.

(ES) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Kopi Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA