1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Kreasi, Novian jual kopi Nusantara gunakan motor gerobak

"Masing-masing alat bisa eksplorasi rasa kopi sendiri-sendiri. Setiap ada pelanggan, saya merelakan waktu untuk cerita prosesnya".

Novian Dharma Putra. ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Rabu, 31 Oktober 2018 11:28

Merdeka.com, Banyuwangi - Di Banyuwangi bila ingin menikmati kopi enak tidak harus di cafe. Hal ini yang coba diwujudkan oleh Novian Dharma Putra, warga Kelurahan Tamanbaru, Kabupaten Banyuwangi. Novian punya kreasi menjual kopi Nusantara lengkap dengan berbagai alat seduh dengan motor gerobak.


Setelah mencoba dalam sebulan terakhir, katanya, Banyak kalangan muda hingga orang tua yang penasaran ingin tahu proses membuat kopi dan ingin mengenal jenis kopi Nusantara.

"Respons lumayan. Yang penting edukasinya, bahwa proses kopi tidak hanya digunting, diseduh. Ada rangkaian panjang, dari petani, sampai seduh," jelasnya saat membuka lapaknya di kilometer nol Banyuwangi, Kelurahan Singonegaran, Kabupaten Banyuwangi, Rabu (31/10).

Selain di nol kilometer, dia juga sering membuka lapaknya di utara Taman Makam Pahlawan depan Kantor Pemkab Banyuwangi dan di jalan Kelurahan Tukang Kayu, tepat di halaman salah satu stasiun radio lokal, dan di pasar rakyat kupat Kelurahan Boyolangu.

"Pengennya bisa melayani konsumen dimanapun berada. Dan sistemnya bisa online, bisa order dengan minimal 10 orang bisa disamperin kawasan Banyuwangi Kota," terangnya.

Di dalam gerobaknya, Novian membawa berbagai jenis kopi Nusantara, mulai Papua, Dampit, Toraja, Telemung, Gombengsari, Aceh Gayo yang ditaruh ke dalam toples. Pengunjung yang datang, bisa menyaksikan langsung proses menyeduh kopi dengan berbagai alat manual yang tersedia, mulai dari V 60, Moka Pot, Vietnam drip, French Press, Aeropress Coffe hinga manual grinder.

Dari beragam alat seduh, dia ingin mengenalkan bahwa cita rasa kopi bisa beragam dengan cara seduh yang berbeda-beda.

"Masing-masing alat bisa eksplorasi rasa kopi sendiri-sendiri. Setiap ada pelanggan, saya merelakan waktu untuk cerita prosesnya, pelanggan juga bisa menyeduh sendiri bila berkenan. Bisa belajar bareng. Misalnya seperti air, titik didih maksimal 80 derajat untuk mengetahui manisnya kopi. Untuk mendapatkan aroma dan karakter harus 85-93 derajat, di atas itu yang didapat pahit," katanya.

Ide mengenalkan kopi Nusantara lewat motor gerobak, harapannya agar menikmati kopi enak bisa lebih menyasar banyak kalangan, di tengah menjamurnya kedai dan kafe di Banyuwangi.

"Ini Cita-cita almarhum bapak ingin buka warung kopi, saya wujudkan. Dan sekarang banyak kafe di Banyuwangi. Dan menggunakan motor gerobak cara baru di sini, dengan cara keliling-keliling," jelasnya.

Novian sendiri mengambil beragam kopi dari petani perkebunan rakyat. Dari sana, dia sering belajar dan mengenalkan proses budidaya kopi.

"Dan yang penting dari petani, agar mau petik merah," katanya.

Dalam kesempatan tersebut, salah satu wisatawan asal Belanda, terlihat asik menikmati kopi hasil racikan Novian.

"Saya coba kopi Papua, enak rasanya. Dan ini pengalaman baru menikmati kopi di pinggir jalan," kata Van Der Mijn, sambil menyeruput kopi. Dia datang bersama istrinya ke Banyuwangi, penasaran ingin tahu kota kelahiran pebulutangkis nasional kelas dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo asal Banyuwangi.

"Saya fans berat Kevin, dan saya ingin tahu kota kelahirannya," jelasnya.

Selain itu, pilihan tempat jualan kopi di nol kilometer juga dimaksudkan agar generasi muda mengenal sejarah petanda tersebut.

"Tidak hanya jualan, saya juga ingin mengenalkan sejarah lokal di tempat jualan, salah satunya tentang nol kilometer," jelasnya.

Dalam catatan yang dihimpun dinas pariwisata, di bangunan nol kilometer tertulis, menandakan nilai gotong royong masyarakat saat baru membuka kawasan Kota Banyuwangi yang pertama kali dibentuk di era Bupati Banyuwangi pertama, Mas Alit.

"Pembangunan kota baru benama Banyuwangi dengan mengerahkan seluruh sisa penduduk dan mendatangkan pekerja dari luar daerah. Selain membuka pemukiman, persawahan, dan membuat jalan seukuran kereta kuda. Hasil kerja masyarakat Banyuwangi tahun 1775," tulisnya.

(ES/MUA)
  1. Kopi Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA