1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Festival Tumpeng Sewu Banyuwangi suguhkan ribuan ayam kampung panggang

"Tumpeng Sewu ini kan acara selamatan desa. Selain bersyukur atas limpahan hasil pertanian, kita juga ingin mempererat silaturahmi".

©2018 Merdeka.com Editor : Endang Saputra | Senin, 13 Agustus 2018 12:49

Merdeka.com, Banyuwangi - Ribuan ayam kampung muda menjadi hidangan utama dalam acara Festival Tumpeng Sewu di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (12/8). Acara itu digelar selepas magrib dengan menu 'pecel pitik' yang dinikmati warga dan pengunjung di tepi jalan beralaskan tikar, dengan cahaya obor bambu.

Putus hubungan persaudaraan dalam bahasa Osing Banyuwangi dikatakan sebagai kondisi 'mati obore' atau padam obornya. Makan bersama di bawah cahaya obor bertujuan agar silaturahmi terus terjalin.

Pecel Pitik merupakan ayam panggang yang disuwir lalu dilumat dengan bumbu parutan kelapa dan kacang tanah goreng yang sudah ditumbuk dengan rempah-rempah lainnya. Tidak hanya saat acara Tumpeng Sewu, pecel pitik telah menjadi hidangan khas Desa Kemiren saat menggelar berbagai macam selamat warga.

Kepala Desa Kemiren Lilik Yuliati mengatakan, desa wisata itu memiliki 1.100 keluarga, di mana masing-masing keluarga memasak minimal 2 ekor ayam. Jumlah ayam yang diolah masing-masing keluarga bisa lebih, hingga 10 ekor tergantung jumlah saudara yang berkunjung. Ayam didapatkan warga dari tetangga atau yang mereka ternak sendiri.

"Tumpeng Sewu ini kan acara selamatan desa. Selain bersyukur atas limpahan hasil pertanian, kita juga ingin mempererat silaturahmi," kata Lilik kepada Merdeka Banyuwangi.

Dia mengatakan hasil panen pertanian di desanya selalu bagus, meski beberapa sawah terserang wereng sebagiannya. Sebagian warga bertani dengan mesin modern, ada pula yang masih menggunakan sapi untuk membajak sawah dan cara-cara tradisional lainnya. Berbagai selamatan di sawah, dari musim tanam, munculnya isi padi, hingga panen, masih dilestarikan masyarakat Kemiren.

Ketua Lembaga Adat Kemiren Suhaimi mengatakan, warga menyatakan puji syukurnya kepada Tuhan dengan cara menyisihkan sebagian rizki untuk dibagikan dalam acara selamatan desa. Meskipun begitu, dia mengatakan masyarakat Kemiren betul-betul menyiapkan hidangan dengan sepenuh hati, mengikuti anjuran-anjuran adat. Misalnya ayam yang disembelih dipilih ayam kampung jago maupun betina yang muda dan belum pernah kawin.

"Kalau terlalu tua tidak enak rasanya, hasil masakannya beda, lebih enak yang lebih muda. Kami juga menganggap ayam masih suci, saat belum berani dengan lawan jenis," kata Suhaimi.

Tidak hanya ayamnya yang pilihan, kelapa yang diparut juga tidak boleh terlalu tua. Nasi tumpeng yang bentuknya mengerucut ke atas seperti gunung bermakna harapan agar orang-orang Kemiren mendapatkan kemuliaan dan derajat yang tinggi.

"Pecel Pitik itu kan ayam panggang diucel-ucel dengan bumbu sampai lumat, itu juga memiliki makna 'kang diucel-ucel sabendinane ketitiko barang kang apik' yang artinya semoga yang dilakukan setiap hari merupakan pekerjaan yang baik dan supaya mendapatkan hasil terbaik," katanya.

 

(ES) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Festival Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA