1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

FGD Penta Helix hadirkan 7 narasumber bahas kolaborasi antar IKM

Hal yang perlu ditingkatkan adalah dua prinsip yakni kolaborasi dan koneksi antar stakeholders.

FGD Penta Helix Stakeholders. ©2016 Merdeka.com Reporter : Suci Rachmaningtyas | Selasa, 11 Oktober 2016 16:17

Merdeka.com, Banyuwangi - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia menggelar sebuah Focus Group Discussion (FGD) Penta Helix di Hotel Ketapang Indah, Banyuwangi. Puluhan stakeholders dari berbagai unsur Penta Helix ekonomi kreatif di Banyuwangi dilibatkan selama dua hari.

Dalam pertemuan tersebut, melalui Deputi Hubungan antar Lembaga dan Wilayah, Bekraf memetakan tiga tahapan dalam mengupayakan pengembangan ekonomi kreatif. Yakni Connect Collaborate dan Commerce terhadap seluruh stakeholders. Seperti peran penuh para kademisi, pebisnis, komunitas, pemerintah dan media.

Selain itu, pembekalan materi sekaligus melibatkan tujuh narasumber dari para praktisi, akademisi, pemerintah dan pelaku UKM. Mereka mengupas berbagai persoalan. Seperti bagaimana potensi dukungan akademisi untuk pengembangan ekonomi kreatif di Banyuwangi, sharing pengalaman oleh Bandung Creative City Forum (BCCF) hingga analisa potensi konten untuk pengembangan ekonomi kreatif melalui SWOT.

"Di sini itu potensinya bagus, dari alam bagus, SDMnya bagus. Namun sumber daya dari produk (bahan dasar) masih kurang. Terus peran research dan development belum banyak. Jadi misal dari bahan baku yang ada kalau dia research sebelumnya nanti bisa jadi produk unggulan, itu belum," ujar salah satu pemateri FGD, Ira Shintia kepada Merdeka Banyuwangi, Selasa (11/10).

Menurut Ira, hal yang perlu ditingkatkan adalah dua prinsip yakni kolaborasi dan koneksi antar stakeholders. Ia mencontohkan seperti halnya kolaborasi antar IKM di Banyuwangi yang belum terlalu kentara.

"Misalnya bahan baku kain batik harus (beli) ke Malang, itu kan jadi mahal batiknya. Kalau saya lihat koneksinya belum terlalu kelihatan. Kolaborasi juga belum terlalu. Kalau di sini misal pengerajin di sini masih jadi pengepul bagi yang lain. Padahal kalau berkolaborasi, misal beli kain bareng akan lebih murah kan ongkos kirimnya. Nah itu yang harus dijajaki oleh pemerintah daerah untuk bisa dikolaborasikan," ujar Ira.

Ira menganalisa jika hal tersebut terjadi karena Banyuwangi memiliki daerah yang luas. Ia pun membandingkan dengan perkembangan ekonomi kreatif di kota Bandung yang dapat dengan mudah dijangkau oleh para stakeholders. Ia menambahkan sebab pemetaan lokasi potensi ekonomi kreatif di Banyuwangi berasal dari 16 subsektor dengan jumlah sebanyak 409 potensi yang tersebar ke berbagai daerah.

"Acara ini sangat bagus sekali. Hanya memang yang terpenting dari ini semua dari apa yang kita dapatkan apakah sesuai dengan aplikasi teman-teman komunitas di lapangan. Karena ada beberapa hal yang kayaknya masih tahap wacana. Seperti kegiatan yang bersifat memiliki pendanaan, itu biasanya yang kita tidak bisa dapatkan dari masyarakat. Partisipasi masyarakat yang belum ada. Jadi harus ada back up dari atas atau pemerintah. Implementasinya itu yang harus dikuatkan lagi oleh pemerintah," kata salah satu peserta asal desa wisata Banjar, Samsudin.

(FF/SR)
  1. Info Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA