1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Banyuwangi Surplus Jagung 100 Kali lipat Dari Jumlah Kebutuhan

"Idealnya harga jagung di petani memang di atas Rp 4 ribu, dengan begitu para petani bisa merasakan nikmatnya bertani jagung".

Syukuran hasil pertanian Banyuwangi. ©2018 Merdeka.com Editor : Endang Saputra | Minggu, 25 November 2018 06:01

Merdeka.com, Banyuwangi - Di tengah rencana pemerintah pusat untuk impor jagung maksimal 100 ribu ton hingga akhir tahun 2018, produksi jagung di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur berhasil surplus. Selama tahun 2017, Banyuwangi mencatatkan laporan produksi jagung 218.409 ton atau 100 kali lipat dari kebutuhannya yang sebesar 2.880 ton di tahun yang sama.

Kepala Dinas Pertanian Banyuwangi Arief Setiawan mengatakan, hasil panen tahun lalu itu diperoleh dari 32.247 hektare ladang, terutama di Kecamatan Wngsorejo. Jumlah kebutuhan 2.880 ton jagung sudah mencakup kebutuhan konsumsi masyarakat, pasokan industri lokal, hingga ke kandang-kandang peternakan.

"Petani ingin harga jagung tinggi, tapi peternak (ingin harga rendah). Tapi sebetulnya tidak ada masalah di Banyuwangi, untuk jagung khususnya, sudah cukup," kata Arief, Sabtu (24/11).

Dia mengatakan pada umumnya pihak yang keberatan atas harga jagung tinggi adalah perusahaan peternakan yang biasa membeli jagung dari pabrik pakan untuk ternak mereka. Sedangkan peternak perorangan biasanya tidak membeli jagung pabrikan.

Sedangkan petani berharap harga jual jagung mereka terus tinggi. Idealnya mereka menjual jagung dengan haga lebih dari Rp 4 ribu per kilogram agar mendapatkan keuntungan yang layak. Sebaliknya peternak cenderung menginginkan harga yang rendah agar mendapatkan keuntungan besar sambil menekan harga jual hasil ternak mereka.

"Idealnya harga jagung di petani memang di atas Rp 4 ribu, dengan begitu para petani bisa merasakan nikmatnya bertani jagung," kata Arief.

Menurutnya impor jagung akan memberikan dampak yang berbeda dari harapan para petani tersebut. Datangnya jagung dari luar negeri akan mengurangi serapan masyarakat pada jagung hasil petani lokal, sehingga merugkan petani lokal.

"Dengan adanya impor jagung, serapan masyarakat pada produk jagung mereka (petani jagung) kan akan berkurang, kebelinya juga akan menurun, dan akan merugikan petani," ujar Arief.

Tidak hanya jagung, produksi pertanian Banyuwangi tahun 2017 berhasil surplus pada komoditas beras, cabai merah, cabai rawit, daging sapi, daging ayam ras dan telur ayam ras.

Arief mengaku belum tahu berapa kebutuhan nasional dan berapa persen yang telah tercukupi. Tapi setidaknya tidak hanya Banyuwangi, tingkat Provinsi Jawa Timur juga telah berhasil surplus jagung.

 

(ES) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Pertanian
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA