Sambil menanti waktu berbuka tiba, pengunjung bisa duduk atau tiduran santai di bawah pohon raksasa.
Merdeka.com, Banyuwangi - Selama bulan Ramadan, ada tradisi ngabuburit yang sering dilakukan masyarakat untuk menunggu waktu berbuka. Bila sedang ada di Kabupaten Banyuwangi, banyak pilihan tempat wisata yang cocok untuk bersantai sambil menunggu waktu berbuka tiba. Berikut lima tempat yang teduh dan indah, cocok untuk ngabuburit.
Pertama wisata De Djawatan bisa menjadi pilihan yang tepat untuk menanti waktu berbuka tiba. Bisa dipastikan, saat masuk di kawasan hutan De Djawatan, pengunjung akan merasakan udara yang sejuk dan rindang. De Djawatan yang berada di Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, menyajikan puluhan pohon raksasa berusia ratusan tahun. Pengunjung seolah diajak merasakan suasana dalam film Lord of the Rings.
Sambil menanti waktu berbuka tiba, pengunjung bisa duduk atau tiduran santai di bawah pohon raksasa. Di sana, disediakan banyak tempat santai, khusus buat wisatawan. Puluhan pepohonan raksasa jenis trembezi (Samania saman) dan jati ini, berada di lahan Perhutani KPH Banyuwangi Selatan seluas 14 hektare, pengunjung bisa juga memilih untuk jalan-jalan menikmati segarnya udara di sana.
Selain besar, pohon trembesi terlihat berusia ratusan tahun karena hampir di setiap retakan batang hingga ranting dipenuhi benalu, serupa lumut dari kejauhan.
Berdasarkan catatan KPH Banyuwangi Selatan, De Djawatan Kehutanan merupakan nama lokasi untuk Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Benculuk yang beroperasi terkahir pada tahun 1962.
Wisata hutan De Djawatan, berada di jarak sekitar 45 kilometer dari Kota Banyuwangi. Satu jalur dengan wisata yang menuju ke Pantai Grajakan, Pulau Merah dan Wedi Ireng.
Untuk masuk ke wisata De Djawatan pengunjung hanya perlu membayar tiket masuk Rp 2.000. Buka setiap hari mulai pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB.
Kemudian kedua jika Anda berkunjung ke Pelabuhan Muncar, bisa menjadi alternatif untuk menunggu senja tiba. Meksi tidak ada pepohonan, namun saat berkunjung di sore hari, pengunjung akan menyaksikan pemandangan yang eksotik, tentunya disertai angin laut yang cukup sejuk. Pelabuhan Muncar, memiliki dermaga yang memanjang sekitar satu sampai dua kilometer membelah laut. Sepanjang pelabuhan, pengunjung bisa melihat ratusan perahu kayu berjajar dengan pemandangan para nelayan yang masih sibuk membersihkan perahu, mengangkut ikan hasil tangkapan atau sekedar menambal jaring tangkap ikan akan mudah ditemui di sana.
Pengunjung yang ingin datang ke Pelabuhan Muncar, bisa menggunakan sepeda motor. Berkunjung ke sana, Anda akan merasakan sensasi seolah sedang mengendarai sepeda motor di atas jembatan laut. Sebelah kanan kiri sudah berbatasan dengan laut. Pelabuhan terbesar kedua di Indonesia setelah Bagansiapiapi, Riau ini, juga menghadirkan pemandangan semenanjung Muncar. Adanya semenanjung tersebut yang membuat ombak di pantai selatan ini stabil sehingga aman untuk dikunjungi.
Ketiga wisata Ekowisata Mangrove Bedul, yang berada di Desa Sumberasri, Kecamatan Purwoharjo, bisa menjadi alternatif untuk menghabiskan waktu sore saat bulan Ramadan.
Pengunjung yang datang ke Ekowisata Mengrove Bedul akan dimanjakan dengan pemandangan mangrove, susur hutan menuju pantai selatan hinga keliling naik perahu kayu di segara anakan untuk melihat mangrove dan burung migran.
Untuk sampai di lokasi wisata Bedul, pengunjung bisa melewati jalur ke arah pantai Gerajakan. Jaraknya sekitar 50 km dari pusat kota Banyuwangi.
Sambil menghabiskan sore di wisata Bedul, pengunjung bisa terlebih dahulu memesan ikan bakar dan buah kelapa muda untuk berbuka di sana. Di salah satu warung, juga menjual umpan untuk memancing. Menyediakan bagi pengunjung yang hobi memancing
Wisata Bedul, masih termasuk kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Pengunjung bisa keliling naik perahu di segoro anak sepanjang 15 kilometer. Hutan mangrove di wisata Bedul tercatat mencapai 1.350 hektare, salah satu wahana mangrove asli terluas di Pulau Jawa.
Pengelola Taman Nasional Alas Purwo juga mencatat ada lebih dari 40 jenis burung air migran setiap tahun yang singgah ke wisata Bedul untuk mencari makan dan istirahat. Burung tersebut melakukan perjalanan dari daratan Asia Timur sampai Australia. Jumlahnya lebih dari 50 juta ekor burung air migran dari 250 populasi berbeda.
Kemudian keempat Pantai Cemara wisata pantai yang cocok untuk menghabiskan waktu sore di bulan Ramadan. Sekitar 3 kilometer dari pusat Kota, tepatnya di Keluraha Pakis ada wisata Pantai Cemara yang menyajikan keindahan hutan cemara.
Bila ke sana, pengunjung bisa menikmati laut Selat Bali sambil berteduh di bawah pohon cemara. Beragam kuliner khas Banyuwangi juga tersedia, siap untuk menjadi menu berbuka.
Pengunjung bisa juga menengok penangkaran penyu yang dijaga oleh para nelayan. Saat ini sudah ada puluhan ribu pohon cemara udang yang di tanam di Pantai Rejo.
Area konservasi yang menjadi lokasi wisata cemara dan penangkaran penyu ini memiliki luas 9,5 hektare. Ada pembagian wilayah wisata dan zona inti khusus untuk penangkaran penyu.
Kelima wisata Grand Watu Dodol (GWD) di Kecamatan Wongsorejo, jadi pilihan yang perlu untuk dicoba untuk ngabuburit. Berkat kebersihan dan kenyamanan di wisata GWD, Kabupaten Banyuwangi akhirnya menerima penghargaan Asean Tourism Standart Award di Thailand tahun ini.
Wisata yang dikelola Pemkab Banyuwangi ini menyajikan pemandangan yang sejuk. Rindang pohon kelapa dan pepohonan bisa menjadi tempat yang nyaman untuk menghabiskan waktu sore.
Pengunjung juga bisa sekaligus berbuka di warung-warung yang sudah ditata secara rapi di kawasan GWD. Di sana, pengunjung bisa menikmati sensasi berbuka puasa dengan pemandangan birunya Selat Bali.
Pantai Watu Dodol juga terkenal dengan batu besar di tengah jalan raya tepi pantai. Di sana, juga ada patung Gandrung besar yang dibangun di atas pos pantau.