Lalare Orchestra adalah jawaban bagi regenerasi pelaku seni musik tradisi di Banyuwangi.
Merdeka.com, Banyuwangi - Kelompok kesenian Lalare Orchestra dari Kabupaten Banyuwangi berhasil meraih penghargaan tingkat dunia dari Pasific Asia Travel Association (PATA) kategori heritage and culture. Penghargaan diserahkan di sela-sela acara PATA Travel Mart di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Banten, Jumat (9/9). Acara tersebut diikuti 1.000 delegasi pariwisata dari 60 negara.
PATA sendiri adalah asosiasi pariwisata yang terdiri atas 970 organisasi/entitas kepariwisataan, 100 maskapai penerbangan, 150 institusi pendidikan, universitas, pusat kajian pariwisata, dan ribuan perusahaan pariwisata.
Ketua Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Samsudin Adlawi mengatakan, Lalare Orchestra adalah kelompok musik yang berisi lebih dari 100 anak dari berbagai sekolah dari tingkat SD hingga SMP di Banyuwangi. Mereka memainkan beragam alat musik khas, seperti gendang, rebana, dan angklung, yang diorkestrasikan dalam paduan yang menarik. “Musik ini mengangkat marwah musik-musik Banyuwangi, dangdut, Jazz dan pop lewat genre alat musik etnik ini,” ujar Samsudin.
Kelompok ini telah bermain dalam Banyuwangi Festival 2015, dan tahun ini bakal kembali tampil di ajang Festival Mainan Anak dan Lalare Osing Concert pada 24 September 2016.
”Lalare Orchestra adalah jawaban bagi regenerasi pelaku seni musik tradisi di Banyuwangi. Tentu penghargaan level dunia ini meneguhkan semangat kami bahwa yang berbau tradisi sebenarnya bisa bersaing di level global, tidak kalah dengan kemasan modern,” ujar Samsudin.
Samsudin menambahkan, inisiatif untuk melestarikan sekaligus mengembangkan musik tradisi melalui sinergi banyak pihak tersebut menjadi pendorong iklim berkesenian di Banyuwangi. Sanggar-sanggar seni hidup. Di sejumlah ruang publik, secara terjadwal anak-anak berlatih bermacam kesenian, mulai dari seni musik hingga tari. Mereka berlatih didampingi para instruktur yang tak lain adalah para pelaku seni yang bernaung di DKB.
”Anak-anak diberi ruang dan apresiasi untuk tampil berkesenian. Tidak hanya sekadar jadi mata pelajaran di sekolah atau latihan saja, tapi unjuk kreativitas di depan ribuan orang saat event-event Banyuwangi Festival berlangsung,” kata Samsudin.
Selain itu, imbuh Samsudin, harapan hidupnya orkestra ini bisa meregenerasi pemain musik etnik di Banyuwangi yang mulai sedikit. “Selain ingin meregenerasi, ditengah tergerusnya alat musik tradisional di mata anak-anak, kami ingin mengangkat kembali alat musik tradisional etnik ini menjadi alternatif baru anak-anak dalam bekesenian,” imbuhnya,
Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata MY Bramuda mengatakan, gairah berkesenian itu pula yang secara tidak langsung ikut mendorong pengembangan pariwisata di Banyuwangi. ”Ada segmen wisatawan yang memang penggemar seni-seni tradisi, mereka senang melihat banyak penampilan seni tradisi. Dengan banyaknya anak-anak yang berlatih, termasuk melalui Lalare Orchestra, tentu semakin mudah melakukan regenerasi. Ini keunggulan Banyuwangi karena warganya cinta seni tradisi. Saat daerah lain susah melakukan regenerasi, di Banyuwangi relatif berjalan cukup baik,” pungkasnya.