1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Kreatif, warga Banyuwangi bikin Bank Sayur

Para warga memanfaatlan lahannya untuk ditanami sayuran.

©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Sabtu, 10 September 2016 18:49

Merdeka.com, Banyuwangi - Warga Dusun Sambungrejo, Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi punya ide menarik agar masyarakat bisa menabung untuk kepentingan bersama. Sistem menabung bersama ini tidak langsung dalam bentuk uang. Melainkan harus merawat sayur terlebih dahulu dengan pemanfaatan lahan kosong di rumah masing-masing warga. Hasil panennya, kemudian menjadi tabungan bersama yangi diberi nama bank sayur.

Ide tersebut bermula saat Ketua RT, Ahmad Fadli, sedang berkumpul bersama warganya. Dia merasa, budaya menabung yang masih rendah di desanya, bisa diatasi melalaui program kelompok bank sayur ini.

"Bank sayur ini menanam di setiap lahan rumah warga. Daripada ngerumpi, nongkrong-nongkrong saja, lebih baik sambil membersihkan rumput, dan merawat tanaman. Jadi orang nabung tidak pakai uang, tapi pakai sayur," ujar Fadli yang juga menjadi ketua kelompok Bank Sayur kepada Merdeka Banyuwangi, Rabu (7/9).

Menariknya, semua biaya mulai dari polibak, bibit, perawatan sampai panen dilakukan oleh kelompok bank sayur. Kata Fadli, warga tidak perlu mengeluarkan biaya penanaman, namun cukup menyediakan lahan kosong di rumahnya. Bisa di halaman atau di samping rumah.

Sedangkan saat masa panen sayur, warga tidak boleh menjual sendiri. Semua harus melalui kelompok bank sayur. Tujuannya, untuk mempersatukan petani agar persoalan harga jual tidak dipermainkan tengkulak.

"Jadi kalau panen, jualnya harus lewat bank sayur. Nanti ada pembukuan. Pembagiannya 50 persen untuk warga, sisanya masuk ke kas bank sayur dan dipotong 5 ribu untuk kas RT," jelas Fadli.

Sekitar 45 persen hasil panen yang masuk ke kas bank sayur, nantinya akan kembali untuk kebutuhan penanaman. Seperti pembibitan, pengobatan dan perawatan.

Modal awal untuk melakukan pembibitan, penanaman sampai perawatan mulanya dibiayai secara pribadi oleh Fadli. Dia menyadari bahwa masyarakat butuh langsung diberi praktek, bukan hanya sebatas teori.

Saat ini, dari anggota 15 anggota relawan bank sayur, sudah berhasil melakukan penanaman perdana pada 17 Agustus kemarin sejumlah 200 tanaman. Sebagai awalan sekaligus memperingati HUT RI ke 71.

Dari total warga RT 01, RW 01 yang berjumlah 37 KK, saat ini sudah 90 persennya tertarik untuk bergabung. "Pembibitan kedua ada 3500. Insya Allah, akhir bulan ini nanamnya. Kalau warga di RT kami sendiri, 90 persen sudah sepakat. Bahkan dusun lain juga sudah ingin gabung program ini," terangnya.

Jenis sayuran yang ditanami untuk sementara ini berupa sayuran, seledri, terong, wortel, dan semua yang dibutuhkan masyarakat. Meski warga yang menyediakan lahan sayur tidak diperbolehkan menjual sendiri, namun bisa memanfaatkan sayur-sayuran tersebut untuk dimasak.

Hasilnya, sudah mulai dibentuk koperasi dengan jaminan bisa meminjam uang ke bank sayur dengan nominal maksimal RP 100 ribu. "Satu untuk tabungan, dan setiap anggota bisa pinjam uang paling besar seratus ribu. Tanpa bunga, dan satu bulan harus kembali. Untuk sementara segitu," ujarnya.

Sementara itu, Sugiarto salah satu pemuda yang menjadi penggerak menambahkan, terkait perawatan sayur, memang sudah ada bagian perawatan sendiri. "Soalnya warga ada yang mau merawat dan tidak. Pupuknya sekaligus obat hamanya pakai bahan-bahan alam. Karena warga harus ada praktek, biar ada yang ingin gabung," ujarnya.

Desa Bayu, Kecamatan Songgon, kata Fadli memang cocok untuk ditanami sayuran, sesuai kondisi dataran tinggi yang dingin dan sejuk. Sebagian besar, warga Desa Bayu merupakan petani padi dan buah-buahan seperti bengkoang, manggis, durian dan kopi sendiri.

"Jadi tujuannya ini untuk membantu masyarakat. Semua berawal dari biaya sendiri, tidak minta sumbangan ke siapapun," tutupnya.

(MH/MUA)
  1. Pertanian
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA