"Sekarang semua titik rawan bisa terisi. Jumlah petugas keamanan kami sudah ideal," kata Akbar.
Merdeka.com, Banyuwangi - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II B Banyuwangi, Jawa Timur, mendapatkan tambahan petugas keamanan sebanyak 48 orang. Hal ini bermanfaat untuk menjaga keamanan lapas yang kelebihan kapasitas lebih dari 300 persen.
Penjara berkapasitas 260 orang itu kini terisi 852 orang narapidana. Lebih dari 50 persen warga binaan ini masuk penjara karena tersandung kasus penyalahgunaan narkotika.
Kepala Lapas Banyuwangi Ketut Akbar Herry Achjar mengatakan, dengan penambahan personil keamanan, kini semua pos bisa terisi. Sebelumnya hanya ada 72 petugas keamanan, menyebabkan beberapa pos jaga kosong.
"Sekarang semua titik rawan bisa terisi. Jumlah petugas keamanan kami sudah ideal," kata Akbar, kepada Merdeka Banyuwangi, Sabtu (10/2).
Pintu utama 2 lapis dulu hanya diisi 2 orang, sekarang 4 orang. Pos penjagaan atas di 4 sudut bangunan Lapas juga bisa terisi semua selama 24 jam, sedangkan sebelumnya hanya 2 pos yang dijaga.
Akbar mengatakan penambahan penjaga juga terjadi di lapas daerah-daerah lain. Banyuwangi mendapatkan penambahan cukup banyak daripada lapas-lapas lain.
Selain itu beberapa langkah juga dilakukan agar kelebihan kapasitas tidak mengganggu keamanan lapas. Di antaranya pengadaan alat pemeriksaan 3D scanner di pintu utama dan pendekatan pada penghuni lapas pada aturan-aturan yang berlaku. Lapas Banyuwangi juga mendapatkan sejumlah perlengkapan baru untuk menjaga keamanan.
Salah satu petugas keamanan baru, Muhammad Arga Wilwatikta (19) mengatakan, bahwa awalnya ingin menjadi anggota TNI atau Polri. Cita-cita itu belum terwujud hingga mereka melamar Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan diterima sebagai penjaga lapas Januari lalu.
"Rata-rata semua ini pejuang untuk menjadi TNI-Polri. Sekarang menjadi petugas keamanan lapas," kata Arga.
Berbekal ijazah SMA, mereka menjadi penjaga lapas dan telah 3 minggu menjalani masa orientasi.
"Saya bersyukur mendapatkan pekerjaan ini. Cita-cita kami ingin menjadi abdi negara terwujud," kata putra Blitar itu.
Di antara petugas pengamanan baru itu 3 di antaranya adalah wanita. Farah (19) asal Jember mengaku sebenarnya takut bekerja di antara narapidana yang biasa dianggap penjahat oleh masyarakat.
"Biar tidak takut saya siapkan mental. Orang tua saya juga mendukung. Mereka berpesan agar saya waspada dan kerja harus bersih," katanya.