"Penelitian yang bisa dilakukan di sini sifatnya universal, bisa ekologi, budaya, sosial dan ekonomi".
Merdeka.com, Banyuwangi - Balai Taman Nasional (TN) Alas Purwo tengah mendesain obyek-obyek wisata edukasi alam di kawasan pemanfaatan yang dimilikinya. Titik-titik yang akan dikembangkan menjadi destinasi wisata di antaranya Savana Sadengan, Pantai Trianggulasi, Pantai Ngagelan, Jati Papak hingga Pantai Plengkung atau G Land.
Kepala Balai TN Alas Purwo Nuryadi mengatakan, anggaran untuk pembangunan beberapa fasilitas baru telah turun. Dia menjelaskan tidak hanya untuk wisatawan umum yang ingin mengenal alam, fasilitas baru juga untuk meningkatkan aktivitas penelitian di kawasan TN.
"Penelitian yang bisa dilakukan di sini sifatnya universal, bisa ekologi, budaya, sosial dan ekonomi. Fasilitas yang akan dibangun untuk mendorong peneliti muda melakukan penelitian di sini," katanya Kepada Merdeka Banyuwangi, Jumat (30/11).
Dia menjelaskan fasilitas yang telah ada sekarang berada di penetasan penyu Pantai Ngagelan, fasilitas wisata di Pantai Trianggulasi, serta resort milik swasta di Pantai Plengkung atau G Land. Kemudian yang akan dibangun di Savana Sadengan berupa laboratorium, perpustakaan, pondok peneliti dan rumah pohon untuk menunjang penelitian dan wisata alam.
Untuk menjaring saran pembangunan fasilitas baru, mereka menggelar workshop pengembangan wildlife research station (WRS) Taman Nasional Alas Purwo, di sebuah resort di Pantai Plengkung selama 3 hari. Hadir para peneliti, akademisi, NGO, hingga perwakilan balai TN lain agar anggaran yang telah turun memberikan manfaat sesuai peruntukan dengan tetap mengedepankan peran konservasi.
Dr Risma Illa Maulany peneliti penyu dari Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar mengatakan, pengembangan wisata edukasi harus didesain secara rinci. Khususnya di Pantai Ngagelan yang telah ditelitinya berkali-kali untuk mengetahui kondisi kualitas penetasan penyu abu-abu semi alami di tempat itu.
Pengelola sebaiknya menentukan paket wisata apa saja yang akan dilayani, termasuk persiapan perlengkapan dan sumber daya manusia (SDM). Kebutuhan alat dan tugas SDM berbeda-beda antar paket, misalnya paket melihat tukik dan pelepasliaran, melihat penetasan, atau aktivitas patroli mencari sarang telur penyu.
Pada proses yang telah ada setiap malam 2 orang petugas berpatroli membawa motor sendiri-sendiri mencari sarang penyu yang baru ditinggal induknya. Wisatawan yang memilih wisata edukasi jenis itu akan ikut petugas berpatroli mengendarai motor di atas pasir pantai sepanjang 18 kilometer.
"Kalau mereka membonceng wisatawan berarti cuma 2 orang yang bisa dibawa. Kalau wisatawan bawa motor sendiri-sendiri apakah aman, apa bisa di pantai begitu," kata dia.
Selain itu ketika melakukan evakuasi telur penyu, petugas akan membawa telur penyu dalam timba kembali ke lokasi penetasan yang mereka kelola. Ditambah materi edukasi yang harus diberikan petugas kepada para wisatawan tentang penyu yang harus disiapkan sesuai paket-paketnya.
"Bagaimana mereka (wisatawan) datang, belajar dan merasa senang. Briefing apa yang boleh dan tidak boleh disampaikan, juga terkait safety," kata Risma.