"Festival ini bukan cuma soal menampilkan batik di panggung, tapi instrumen untuk menggerakkan partisipasi masyarakat".
Merdeka.com, Banyuwangi - Perhelatan Banyuwangi Batik Festival (BBF) sukses digelar di Gelanggang Seni Budaya, Taman Blambangan, Sabtu malam (17/11). Ajang fesyen tahunan yang rutin digelar sejak 2013 itu menjadi etalase keindahan mahakarya batik Banyuwangi.
"Para perajin Banyuwangi dari tahun ke tahun berhasil membuktikan peningkatan kualitas desain dan kain batiknya. Batik Banyuwangi sudah naik kelas dan terkoneksi dengan industri fesyen nasional. Ini tanda cinta kita kepada batik sebagai budaya bangsa sekaligus instrumen ekonomi rakyat," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Mengusung tema motif 'gedhegan' (anyaman bambu), BBF 2018 menghadirkam kolaborasi 11 desainer dan 15 perajin batik Banyuwangi serta 5 desainer nasional dan internasional.
"Festival ini bukan cuma soal menampilkan batik di panggung, tapi instrumen untuk menggerakkan partisipasi masyarakat, menumbuhkan kewirausahaan batik, dan menggali kreativitas kita semua," kata dia.
Anas mengajak semua mencintai batik Banyuwangi dengan cara konkrit, yaitu membelinya.
"Pernah ada riset, belanja pakaian jadi itu mencapai sekitar Rp 2,2 juta atau USD153 per orang per tahun. Ini peluang bagi perajin batik, dengan populasi Indonesia sebesar 250 juta jiwa. Mulai sekarang mari beli batik lokal," ujar Anas.
"Ekspor batik Indonesia hampir Rp 900 miliar, dikirim ke Jepang, AS, Eropa. Semoga tahun depan batik Banyuwangi sudah bisa diekspor seiring makin dikenalnya Banyuwangi. Kita sudah dipromosikan ke Eropa dan AS karena menang penghargaan Badan Pariwisata PBB," kata Anas.
Panggung BBF dibuka dengan kolaborasi desainer dan perajin batik Banyuwangi, seperti Isyam Syamsi dengan Batik Seblang, Ocha Laros dengan Batik Sayuwiwit, Sanet Sabintang dengan Batik Sekar Kedaton, dan Amuzaki Fahim dengan Batik Pringgokusumo.
Para desainer berhasil menyuguhkan karya-karya menarik, mulai kimono, street wear, hingga spesial occasion seperti baju seremonial dan baju pesta.
Desainer nasional Weda Githa menyuguhkan rancangan eklektik dengan banyak menampilkan outfit outer.
"Biasanya, batik Banyuwangi tampil colorfull, tapi kini menampilkan warna klasik. Untuk batik pesisir, ini sesuatu yang baru. Bagus banget, memperkaya khazanah," kata Weda yang menggandeng Batik Pendawi dan Batik Srikandi.
Ketua Indonesia Fashion Chamber (IFC) Ali Charisma mengapresiasi kinerja industri batik Banyuwangi. Ali merupakan mentor para desainer Banyuwangi selama perhelatan BBF. Dia membuka ruang konsultasi via online, mulai pemilihan bahan, desain, hingga fitting.
"Saya melihat bakat luar biasa. Saya bersemangat membawa pelaku batik Banyuwangi ke industri fesyen nasional bahkan internasional," ujar Ali.
Bersama perajin batik Banyuwangi, Ali menampilkan 10 koleksinya, mulai gaun malam hingga jaket.
"Jaket yang saya rancang ini khusus untuk winter. Rencananya, akan ditampilkan dalam fashion show di Paris, La Mode sur La seine a paris, 1 Desember mendatang yang digelar di tepi Sungai Seine," ujarnya.
BBF 2018 makin semarak dengan aksi penyanyi dan pencipta lagu Melly Goeslaw yang tampil berbatik Banyuwangi. Melly menyanyikan sejumlah lagu andalannya.