" Dengan melakukan upaya-upaya promotif dan preventif, maka aspek kuratif atau pengobatan atau penanganan itu menjadi menurun," kata Rio.
Merdeka.com, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi membuka Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di 45 puskesmas di seluruh wilayah untuk mengurangi beban pengobatan. Pos itu melayani pemeriksaan kesehatan gratis, seperti tekanan darah, kadar gula, kolesterol asam urat dan lain-lain. Pelayanan juga diberikan dalam bentuk konsultasi gizi atau lingkungan dan masalah kesehatan lain.
Langkah itu diambil menyusul fenomena penyakit tidak menular (PTM) yang berubah menjadi penyakit dan penyebab kematian terbanyak pada masyarakat. PTM merupakan penyakit yang disebabkan oleh pola hidup dan pola makan yang tidak baik.
Kepada Merdeka Banyuwangi, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi Widji Lestariono mengatakan, tujuan program itu untuk mengurangi warga sakit karena mereka jadi memahami kesehatan diri dan dibekali pengetahuan bagaimana menjaga kesehatan. Selain beban biaya yang dikabarkan membuat BPJS jebol, beban kerja puskesmas-puskesmas juga bisa diminimalisir.
"Semakin banyak yang berkonsultasi, dengan sendirinya jumlah kunjungan warga sakit akan berkurang. Itu yang kita harapkan, dengan melakukan upaya-upaya promotif dan preventif, maka aspek kuratif atau pengobatan atau penanganan itu menjadi menurun," kata Rio di Banyuwangi, Kamis (18/1).
Dari sisi biaya, saat seseorang terkena penyakit batu ginjal, dia harus melakukan cuci darah sebanyak 1 hingga 3 kali dalam seminggu, dengan biaya Rp 1 juta sekali terapi. Jika masalah masih berupa darah tinggi, kencing manis atau PTM lain, dan penderita peduli dengan rutin periksa, konsultasi dan menjaga kondisi badan, tidak akan meningkat ke komplikasi gagal ginjal.
Meski prosedur sama, dan lama waktu pelayanan tidak bisa dibandingkan, Rio mengatakan budaya warga sehat berkonsultasi ke puskesmas menguntungkan puskesmas. Langkah pencegahan membuat beban kerja petugas kesehatan jauh lebih ringan, karena hanya memerlukan komunikasi dengan masyarakat.
"Dari pada harus menangani, merawat, mengunjungi orang sakit, itu berat. Secara kualitas (penanganan pengobatan) ini lebih berat (daripada pencegahan)," ujar Rio.
Dia menjelaskan tidak hanya dilayani di gedung puskesmas masing-masing, tapi mereka juga membuka Posbindu PTM di tempat-tempat keramaian. Misalnya di lokasi car free day di Alun-alun Blambangan, atau di Pasar Rogojampi oleh Puskesmas Gitik.