Bagi Sumiyati yang telah mempekerjakan 2 orang tetangganya pengerjaan kerajinan tangan sangat sederhana.
Merdeka.com, Banyuwangi - Matanya yang berbinar saat mengecat koran menyiratkan semangat tinggi dalam mendaur ulang sampah menjadi kerajinan. Sumiyati (46) memang mengaku sering menyayangkan bila melihat sampah-sampah berserakan, padahal masih bisa diolah jadi benda lain yang bermanfaat.
Keinginan mengolah koran bekas menjadi kerajinan tangan muncul 5 tahun lalu, saat melihat lembaran-lembaran hitam putih itu bertebaran di halaman masjid, bekas digunakan masyarakat beribadah Idul Fitri. Dipungutinya, lalu mulailah dirangkai-rangkai, awalnya menjadi miniatur sebuah gapura candi.
Sekarang beragam benda bermanfaat dibuatnya dari bahan koran, dari kotak tisu, replika hewan, perahu, keranjang gelas air mineral, hingga tas dan pajangan wayang. Selain yang terpajang di ruang tamu rumahnya di Jalan Yos Sudarso Gg Melati 12, Lingkungan Sukowidi, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Sumiyati juga kerap menerima pesanan bentuk-bentuk lain.
Ruang keluarga yang tidak seberapa luas dan pekarangan sempit samping rumah menjadi istananya dalam berkreasi, menggulung koran, memipihkannya, mengaturnya dalam posisi yang tepat, mengelem hingga mengecat menjadi aktivitas sehari-hari bagi Sumiyati.
Dia sampai paham lem dan cat mana yang cocok untuk bagian-bagian tertentu, bahkan kapan harus menggunakan vernis. Tak heran, dia terus belajar dari tanpa pengalaman sampai kini dia mampu membuat puluhan produk setiap minggu.
Dia juga selalu terbuka pada orang lain yang ingin belajar. Sumiyati mengatakan bisnis kerajinan tangan dari bahan koran bekas sangat menjanjikan. Bila ada peminat baru, toh bisa menjadi kawan pengolah koran bekas atau rekan kerja sama.
"Sejak dulu kalau lihat barang bekas itu otak saya langsung berpikir, ini bisa dijadikan apa ya biar bisa bermanfaat. Saya juga pernah produksi bando dari kain bekas," kata Sumiyati, Kamis (18/1).
Bahkan awalnya dia tidak langsung berpikir untuk dijual, lalu tahun kedua produk kerajinannya laku satu demi satu. Di tahun 2015, penjualannya semakin keras, baik dari pembeli yang datang ke rumahnya atau berupa pesanan khusus, hingga sekarang usahanya itu beromset jutaan rupiah.
Harga produknya beragam, dari gantungan kunci seharga Rp 5 ribu sampai miniatur perahu dan kereta kuda yang harganya Rp 300 ribu. Tidak hanya kertas dan lem, untuk produk tas dengan beban berat, Sumiyati juga menggunakan benang jahit agar semakin kuat.
Ditambah lagi, meski berbahan kertas, produk yang dihasilkan Sumiyati tidak mudah rusak saat kehujanan. Asal tidak direndam air saja di ember.
Keuntungan lain bisnis ini, menurut Sumiyati, dari mudahnya bahan baku didapatkan, misal bekerja sama dengan kantor-kantor untuk menerima koran bekas mereka secara gratis. Namun bidang kerajinan masih dianggap rumit, hingga banyak orang tidak tertarik menggarapnya.
Padahal, bagi Sumiyati yang telah mempekerjakan 2 orang tetangga, pengerjaan kerajinan tangan sangat sederhana setelah dibagi tugas. Karyawan menggulung dan memipihkan koran, sedangkan dia tinggal membentuk dan mewarnai sebagai langkah akhir.
Mengatur gulungan koran yang telah dipipihkan juga bisa dipelajari, misalnya berlatih membuat bentuk dasar seperti bujur sangkar, bundar, elips atau bentuk-bentuk yang disesuaikan dengan produk kerajinan yang ingin dibuat.
"Saya ingin tetangga-tetangga juga bisa punya usaha kerajinan. Tapi sepertinya minat melakukan usaha ini masih kecil," ungkapnya.
Padahal dengan usaha kerajinan, termasuk jasa dekorasi ruang pameran, yang digelutinya, Sumiyati mampu membantu suami menyekolahkan 2 anaknya hingga lulus SMA. Didik Edi Prayitno sang suami, bekerja sebagai guru di SMP swasta yang gajinya hanya dalam bilangan ratusan ribu.
Ditambahkannya lagi, sebenarnya bila semakin banyak pengrajin daur ulang koran bekas, akan semakin sedikit jumlah sampah yang dibuang.