"Saya harus nuntun, mendampingi, dan membuat dia senang. Dia seperti ratu atau panglima yang harus diistimewakan".
Merdeka.com, Banyuwangi - Tidak hanya jadi tontonan wisatawan yang berplesir ke Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, Seblang Bakungan sejak awal merupakan ritual warga untuk menghibur dan memanjakan roh leluhur. Ada 13 roh leluhur yang secara bergantian merasuki pelaku Seblang yang merupakan wanita yang telah menopouse yang memiliki trah pelaku Seblang terdahulu untuk menari selama 2,5 jam.
Semua sesaji, perlengkapan ritual, hari penyelenggaraan, hingga urutan lagu atau gending harus dipenuhi mengikuti kemauan sang leluhur yang disampaikannya kepada pawang. Kemanjaan Seblang dan upaya warga agar 'dia' tidak ngambek justru membangun keakraban, dan tidak terlihat ada jarak yang kaku dalam ritual tari itu.
Suwandi Usup (69) dan Mbah Nur rekannya, adalah yang paling akrab dengan arwah yang memasuki sang Seblang. Mereka berdua disebut penghibur atau pengasuh yang menyertai Seblang selama ritual. Mereka mengiringi dan mengarahkan langkah kaki Seblang saat menari sambil menutup mata menghindarkannya dari menabrak penonton, mendengarkan permintaan-permintaanya, hingga menenangkannya bila Seblang rewel.
"Saya harus nuntun, mendampingi, dan membuat dia senang. Dia seperti ratu atau panglima yang harus diistimewakan," kata Suwandi kepada Merdeka Banyuwangi, sebelum gelaran Seblang, Minggu (26/8) malam.
Dia mengatakan telah menjadi Pengudang 4 generasi Seblang sejak 29 tahun lalu saat dirinya berusia 40 tahun. Pekerja serabutan itu menjelaskan bahwa diperkirakan tahun ini Supani (71) menjalani peran menjadi 'wadah' Seblang untuk terakhir kalinya karena dianggap sudah terlalu tua untuk melanjutkan lagi.
Peranan Pengudang kembali nampak saat dinyanyikan gending atau lagu Kembang Gadung, mereka mengiringi Supani menjual Kembang Dermo yang dihargai Rp 2500 per tangkai. Kembang Dermo dipercaya mampu melancarkan rizki, mendekatkan jodoh, menyembuhkan penyakit dan menolak celaka.
Diawali gending Seblang Lukinto, Supani dengan omprog atau mahkota Seblang yang dikenakannya menggerakkan selendang tari atau sampur warna merah yang dikenakannya, menari memutari arena Seblang. Dia merupakan Seblang generasi ke-11, putri dari Misnah yang menjadi pelaku Seblang generasi ke-8.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, tradisi di Banyuwangi terus dihidupkan, tidak hanya sebagai daya tarik pariwisata, melainkan juga sebagai pemersatu masyarakat dalam kegiatan-kegiatan bersama. Salah satunya Seblang Bakungan yang diawali selamatan desa, dimana semua warga menggelar tikar di depan rumah, menyiapkan hidangan Pecel Pitik dan mempersilahkan orang-orang yang lewat untuk turut duduk menikmati makanan bersama-sama.
"Di tengah modernitas yang terus tumbuh dan meningkatnya individualisme, kita membutuhkan tradisi-tradisi asli kita sendiri yang terbukti berhasil mempertahankan persatuan dan keguyuban warga," katanya memberi sambutan melalui panggilan video.